Harga Minyak Mendidih, Momentum RI Tingkatkan Produksi!
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip menyebutkan momentum kenaikan harga minyak dunia harus dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan produksi. Pasalnya, kenaikan harga minyak bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia, terutama pelaku usaha di sektor energi, untuk memupuk modal demi pengembangan lapangan migas dan melakukan eksplorasi.
Momentum ini menurutnya harus dimanfaatkan secara cepat agar pengembangan dan eksekusi perencanaan untuk menambah kapasitas produksi migas bisa lekas dilakukan.
"Ini merupakan opportunity mengembangkan lapangan kita dan untuk lakukan eksplorasi. Dengan adanya transisi energi ini, dengan pengurangan emisi dan tren mengarah ke renewable energi, investasi itu di dunia oil and gas beberapa waktu lalu menurun. Hal ini mempengaruhi demand dan supply di mana investasi menurun mempengaruhi suplai masa depan, sementara demand diprediksi masih meningkat. Hal ini harus diperhatikan dan dibuat strategi bahwa untuk development harus dipercepat," kata Budiman dalam acara Energy Outlook 2022 yang ditayangkan CNBC Indonesia, Kamis (24/2/2022).
Budiman berkata, kenaikan harga minyak dunia mendukung rencana perusahaan mengembangkan lapangan produksi migas yang sudah mature sehingga bisa tetap digunakan dan menjaga produksi migas dalam negeri. Dia berkata, momentum ini harus dimanfaatkan seluruh pelaku industri di sektor energi.
"Harga minyak ini tinggi kita harus percepat pengembangan lapangan-lapangan yang ada dan semua proses pengembangan sehingga eksekusi perencanaan bisa kita lakukan segera. Kita harap dengan dukungan harga minyak maka lapangan yang tidak ekonomis jadi ekonomis, dan bisa dikembangkan untuk tambah cadangan dan produksi migas," tuturnya.
Harga minyak dunia menembus US$ 100/barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Ini terjadi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan operasi militer di Ukraina.
Dilansir dari AFP, harga minyak jenis Brent menyentuh US$ 100,04 per barel setelah pengumuman Putin tersebut. Sementara minyak jenis WTI menyentuh US$ 95,54 per barel.
"Saya telah membuat keputusan sebuah operasi militer," ujar Putin di Moskow.
Bahana Sekuritas dalam risetnya menyampaikan, harga minyak dunia yang mencapai US$ 100 per barel akan memberikan dampak terhadap neraca perdagangan. Surplus masih akan berlanjut, namun dengan perkiraan US$ 18 miliar atau lebih rendah dari 2021.
(rah/pgr)