Tsunami Harga Pangan Beterbangan, Efek Rusia-Ukraina Perang!

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
24 February 2022 06:50
FILE PHOTO: A harvester unloads corn to a cargo truck at a farm in Gaocheng, Hebei province, China, September 30, 2015. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan Rusia - Ukraina memicu ketegangan di pasar komoditas. Harga sejumlah produk pertanian melanjutkan kenaikan yang sudah berlangsung sejak medio 2021. Akibat gangguan rantai pasok, efek domino pandemi Covid-19.

Mengutip situs tradingeconomics, harga gandum berjangka Chicago meroket ke level tertinggi 9 tahun pada sesi perdagangan Kamis, 24 Februari 2022.

Untuk setiap bushel (setara 27,21 kg) harga gandum melonjak menjadi US$8,635. Menyusul kecemasan pasar akibat eskalasi intensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Padahal, Ukraina dan Rusia berperan hingga 30% terhadap ekspor gandum dunia. Sehingga, ketegangan tersebut akan bisa memantik gejolak di tengah ketatnya pasokan.

Belum lagi, produksi Amerika Serikat (AS), sebagai produsen terbesar kedua dan ketiga gandum dunia, diprediksi menurun. Dimana total stok gandum Kanada tahun 2021 susut 30% dibandingkan tahun lalu. Akibat kekeringan.

Selain gandum, jagung juga melonjak ke rekor 33 minggu menjadi US$6,77 per bushel.

Tensi Ukraina dan Rusia memicu kekhawatiran pasar soal jaminan pasokan dari kedua negara tersebut. Pasalnya, Rusia dan Ukraina memasok hingga seperlima perdagangan jagung global. Tensi yang memburuk dikhawatirkan mengganggu pasokan jagung dunia.

Sementara, USDA sendiri memangkas prospek produksi gandum dunia menjadi 302,2 juta ton. Di sisi lain, Brasil dan Paraguay dikabarkan menghadapi gangguan cuaca kekeringan.

Lalu bagaimana dampaknya ke Indonesia?

Ilustrasi Gandum (Photo by Avinash Kumar on Unsplash)Foto: Ilustrasi Gandum (Photo by Avinash Kumar on Unsplash)
Ilustrasi Gandum (Photo by Avinash Kumar on Unsplash)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, berdasarkan kode HS 2 digit, komoditas yang alami peningkatan nilai impor terbesar di Januari 2022 dipimpin kelompok serealia atau tanaman biji-bijian, dengan kode HS-10.

"Peningkatan tertinggi dibandingkan Desember 2021 itu pada komoditas serealia dengan peningkatan US$130,3 juta. Kemudian gula dan kembang gula atau HS-17 meningkat US$96,1 juta. Kemudian, biji dan buah mengandung minyak meningkat US$66,6 juta," kata Setianto dalam keterangan pers, Selasa (15/2/2022).

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menilai, lonjakan harga gandum memang sudah terjadi sejak tahun 2021.

Sementara itu, peternak ayam di awal Januari 2022 sudah mengeluhkan lonjakan biaya sarana produksi. Diantaranya, harga pakan yang melonjak menyusul kenaikan harga jagung.

"Sepertinya anomali yang sama seperti tahun 2021. Panen tapi malah berebut, (harga jagung) jadi naik," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto B Utomo kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/2/2022).

Harga gandum dan jagung sudah melonjak. Gandum berjangka yang diperdagangkan di Chicago telah melonjak sekitar 12% sejak awal tahun ini, sementara jagung berjangka melonjak 14,5% pada periode yang sama.

Lonjakan harga komoditas dikhawatirkan memicu inflasi makanan semakin memburuk.

"Kenaikan harga pangan hanya akan diperburuk lonjakan harga, terutama jika area pertanian inti di Ukraina direbut oleh loyalis Rusia," kata mitra senior perusahaan konsultan Kearney Per Hong, seperti dilansir CNBC.com, Rabu (23/2/2022).


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hubungan Rusia-Ukraina Memanas, Putin Diawasi Ketat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular