
Arah Harga Batu Bara Bakal Ditentukan di China & Ukraina

Adalah International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan permintaan batu bara akan melampaui rekor 2013 pada tahun 2022 di level 8 juta ton per tahun. Peningkatan tersebut didorong oleh India naik 129 juta ton dan negara-negara Asia Tenggara melonjak 50 juta ton.
Tren pemulihan ekonomi dari krisis pandemi memicu pertumbuhan ekonomi di kawasan-kawasan tersebut sehingga mendorong permintaan listrik yang lebih tinggi. Sejauh ini, batu bara (thermal) menjadi penopang utama pembangkit listrik, khususnya di Indonesia.
Fitch Solution memperkirakan produksi batu bara thermal pada 2022 sebesar 3,98 miliar ton, atau naik 2,79% dibandingkan tahun 2021. Jumlah produksi ini tak lepas dari krisis listrik pada 2021 di China yang memaksa penambang mengoptimalkan produksinya.
Produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia tersebut menambang 384,67 juta ton batu bara bulan lalu, melampaui rekor sebelumnya pada November yang mencapai 370,84 juta ton. Para penambang diperintahkan bekerja dengan kapasitas maksimum menstabilkan harga.
Angka resmi pemerintah menunjukkan bahwa produksi batu bara China tersebut juga merupakan rekor tertinggi dalam setahun penuh. Produksi batu bara China tahun 2021 berada di level tertinggi sepanjang masa sebesar 4,07 miliar ton, naik 4,7% pada tahun sebelumnya.
Angka itu merupakan jumlah total batu bara (baik kokas maupun thermal), yang setara dengan 50% produksi dunia. Ironisnya, rekor ini tercipta hanya selang beberapa pekan setelah pemimpin dunia berkumpul di Glasgow, Inggris membahas perubahan iklim.
Akan tetapi, China juga yang menjadi pemicu kabar buruk seputar outlook batu bara dunia. Pasalnya, Negeri Panda ini menargetkan energi baru terbarukan (EBT) bakal menyumbang 50% dari total kapasitas pembangkit listrik China pada akhir 2022.
Perkiraan tersebut disampaikan oleh Dewan Kelistrikan China (China Electricity Council/ CEC), dikutip dari Reuters, Jumat (28/01/2022). Bila ini terjadi, artinya untuk kali pertama energi non fosil bisa menyamai bauran energi fosil pembangkit listrik China, dan menjadi sentimen buruk bagi harga batu bara.
China, konsumen batu bara terbesar dunia, diperkirakan menambah pembangkit listrik baru berbasis energi non fosil dengan total kapasitas 180 Gigawatt (GW) selama 2022. Dengan demikian, total kapasitas pembangkit listrik non fosil di Negeri Tirai Bambu ini menjadi 1.300 GW, berdasarkan China Electricity Council.
Total kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT di China pun mencapai separuh dari total kapasitas pembangkit listrik di negara itu yang ditargetkan mencapai 2.600 GW pada akhir 2022. Sebanyak 1.140 GW di antaranya dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]