Freeport Siapkan Rp 35 T, Garap 1,6 Juta Ounces Emas Papua

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
23 February 2022 09:20
Tambang legendaris Grasberg milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Papua akan habis dan ditutup pada pertengahan tahun ini. Sebagai penggantinya, produksi emas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah.

Tambang bawah tanah ini lokasinya persis di bawah Grasberg. Penambangan bawah tanah menggunakan metode block caving, yang merupakan cara penambangan bawah tanah dengan efisiensi sumberdaya yang tinggi untuk melakukan penambangan, di mana blok-blok besar bijih di bawah tanah dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya sendiri.

Tambang bawah tanah ini sudah direncakan sejak 2004 dan terus dikembangkan hingga sekarang. Ada dua blok tambang bawah tanah Freeport yang jadi andalan saat ini, yaitu Deep Ore Zone (DOZ) dan Big Gossan. Saat ini tengah dikembangkan juga blok bernama Deeep Mill Level Zone (DMLZ).

Di dalam tambang ini, terbangun jalan sepanjang 650 kilometer (km), yang berarti panjangnya lebih dari jarak Jakarta ke Yogyakarta. Jalan di dalam tambang bawah tanah ini akan terus dibangun hingga 1.000 km atau seperti Jakarta ke Surabaya.

Data terakhir produksi rata-rata dari tambang bawah tanah ini adalah 80.000 ton ore (bijih tambang) per hari.

Sampai dengan 2019, Freeport telah mengeluarkan investasi hingga US$ 16 miliar atau dengan kurs, saat ini sekitar Rp 224 triliun untuk pengembangan tambang bawah tanah yang akan menjadi andalan mereka. Ke depan, Freeport yang saat ini 51% sahamnya dimiliki oleh PT Indonesia Alumunium (Inalum) akan mengucurkan lagi investasi hingga US$ 15 miliar atau sekitar Rp 210 triliun untuk tambang bawah tanah tersebut.  (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Emas Bawah Tanah Terbesar Milik Freeport (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas mengungkapkan telah menyiapkan capital expenditure atau belanja modal sebesar US$ 2,5 miliar atau Rp 35 triliun di tahun ini, untuk bisa mengejar target produksi 1,6 juta ounce emas pada tahun ini.

"Kami tahun lalu produksi sekitar 1,3 juta ounce/oz emas dan tahun ini diperkirakan bisa memproduksi sekitar 1,6 juta oz, karena tambang bawah tanah kami sudah akan mencapai kapasitas 100%," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/2/2022).

"Capex yang kita sediakan sekira US$ 2,5 miliar untuk mencapai 1,6 juta oz emas," ujarnya lagi.

Dari sisi hilirisasi, Freeport Indonesia tengah fokus membangun dan menyelesaikan proyek smelter tembaga baru dan sedang dibangun precious metal refinery atau pengolahan logam berharga mulai yakni emas dan perak.

Nantinya, kata Tony Freeport Indonesia akan memproses seluruh konsentrat yang berjumlah sekira 3 juta ton per tahun ini di dalam negeri, baik tembaga, emas, dan perak yang akan dimurnikan di dalam negeri.

"Diharapkan dengan di bangunnya smelter tembaga baru yang di Gresik dan yang sudah ada satu lagi juga di Gresik sebagian adalah PT Smelting yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun diharapkan industri hilirnya yang gunakan tembaga dan emas itu bisa lebih tumbuh di dalam negeri," jelasnya.

Tony juga menjelaskan, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) untuk kegiatan eksplorasi hanya akan berlangsung hingga 2041.

Sehingga eksplorasi yang dilakukan Freeport Indonesia saat ini sampai dengan 2041 tersebut adalah hanya untuk eksplorasi detail untuk menamang jumlah cadangan yang dimiliki sekarang.

Dengan jumlah cadangan yang ada saja, Tony mengklaim, sebenarnya Freeport Indonesia bisa menambang hingga 2050.

"Jadi, karena kami izinnya sampai 2041, saat ini kami tidak melakukan eksplorasi lanjutan untuk mendapatkan cadangan-cadangan baru lagi, karena cadangan yang ada sudah cukup sampai 2041 bahkan bisa lebih,"ujarnya.

Sebelumnya, perusahaan smelter tembaga, PT Smelting mulai merealisasikan penambahan investasi Rp3,2 triliun. Yang ditujukan untuk menambah kapasitas produksi smelter tembaga hingga 30%.

Dengan penambahan investasi ini, kapasitas produksi PT Smelting naik dari 300 ribu ton menjadi 324 ribu ton katoda tembaga per tahun. Diketahui, mayoritas saham PT Smelting dimiliki oleh Mitsubishi Materials Corporation (MMC) Jepang. Dan, sebagian lagi oleh PT Freeport Indonesia (PTFI).

Peletakan batu pertama menandai perluasan pabrik, dilakukan langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang di Gresik, Jawa Timur, Sabtu, 19 Februari 2022.

Dijelaskan, selama ini, PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting sendiri mempunyai 3 pabrik, yaitu pabrik peleburan (smelter), pemurnian (refinery), dan pabrik asam sulfat.

Dengan pembangunan pabrik baru ini, lanjutnya, PT Smelting mampu mengolah 1,3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, naik dari sebelumnya 1 juta ton.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waktu Berakhir, Perpanjangan Ekspor Freeport Belum Keluar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular