
Mengenal Pemberontak Pro Rusia di Ukraina yang Didukung Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik Rusia dan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kian memanas. Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah di timur Ukraina, yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR), setelah menandatangani sebuah dekrit, Senin (21/2/2022).
Terbaru, Putin dikatakan telah mengirimkan pasukan ke wilayah itu dengan dalih "menjaga keamanan". Outlet media Rusia RTVI, tulis CNN International, memosting video konvoi militer yang bergerak melalui jalan-jalan kota Donetsk, Senin malam waktu setempat.
Langkah yang diambil Putin membuat gejolak di timur Ukraina, yang banyak ditempati oleh kelompok separatis yang didukung Rusia. Di sana, pasukan Ukraina masih berkonflik selama delapan tahun dengan kelompok pemberontak ini, bahkan telah menewaskan 14.000 nyawa.
Rusia memang sudah sejak lama mendukung pemisahan diri dua wilayah tersebut dari negara tetangganya. Mengapa?
Mengutip Reuters, ini muncul ketika presiden Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, yang pro Rusia, digulingkan dari jabatannya oleh protes massal pada Februari 2014. Rusia kemudian meresponsnya dengan mencaplok Semenanjung Krimea, dari Ukraina.
Pada April 2014, pemberontak yang didukung Rusia merebut gedung-gedung pemerintah di wilayah Donetsk dan Luhansk. Mereka kemudian memproklamirkan pembentukan "republik rakyat" dan memerangi pasukan Ukraina dan batalyon sukarelawan.
Bulan berikutnya, wilayah separatis mengadakan pemungutan suara untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan mengajukan tawaran untuk menjadi bagian dari Rusia. Moskow belum menerima mosi tersebut, hanya menggunakan wilayah tersebut sebagai alat untuk menjaga Ukraina tetap di orbitnya dan mencegahnya bergabung dengan NATO.
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mendukung pemberontak dengan pasukan dan senjata. Moskow membantahnya, mengatakan bahwa setiap orang Rusia yang bertempur di sana adalah sukarelawan.
Di tengah pertempuran sengit yang melibatkan tank, artileri berat dan pesawat tempur, Malaysia Airlines Penerbangan 17 ditembak jatuh di Ukraina timur pada 17 Juli 2014. Kejadian itu menewaskan 298 orang di dalamnya.
Penyelidikan internasional menyimpulkan bahwa pesawat penumpang itu jatuh oleh rudal yang dipasok Rusia dari wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina. Namun lagi-lagi Moskow masih membantah terlibat.
Halaman 2>>
