Alert! Nggak Cuma Kedelai, China Juga Borong Komoditas ini

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Selasa, 22/02/2022 06:50 WIB
Foto: Ilustrasi Gandum (Photo by Avinash Kumar on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2021, China cetak rekor impor jagung. Mengutip Reuters (18/1/2022) impor jagung China melonjak 152% menjadi 28,35 juta ton di tahun 2021, dibandingkan tahun 2020 yang hanya 11,3 juta ton.

Selain itu, China mengimpor 9,77 juta ton gandum, melonjak 16,6% dari tahun 2020 yang hanya 8,38 juta ton. 
China sendiri berencana mengimpor lagi ton sebanyak 20 juta ton dan 102 juta ton kedelai. Impor diharapkan bisa mengisi kesenjangan dari pasokan domestik.

Sementara, jagung dan gandum adalah juga komoditas penting bagi Indonesia. Untuk pangan dan pakan. Apalagi, Indonesia bergantung penuh pada gandum impor. 

Di sisi lain, China sendiri dikabarkan sudah mengantisipasi terjadinya lonjakan harga jagung impor untuk tahun 2021/2022.


Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
FILE PHOTO: A harvester unloads corn to a cargo truck at a farm in Gaocheng, Hebei province, China, September 30, 2015. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo


Mengutip Reuters (9/2/2022), China merevisi harga sasaran jagung impor jadi lebih tinggi karena potensi penurunan produksi sejumlah negara pemasok.
Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan China menyebutkan, kemungkinan petani di AS lebih memilih menanam kedelai dibandingkan jagung, menyusul melonjaknya harga pupuk. Di sisi lain, produksi jagung di Brasil terganggu akibat kekeringan.

Tingginya permintaan China akan memperketat persaingan di pasar global saat pasokan terbatas. Akibatnya, harga akan melonjak dan sulit turun.

Situs tradingeconomics mencatat, harga jagung pada perdagangan 21 Februari 2021 menguat tembus US$6,5 per bushel. Harga tertinggi dalam 7 bulan terakhir.

Lonjakan harga jagung global berdampak ke harga jagung di Tanah Air. Dan memicu kenaikan harga pakan ternak. Pasalnya, terjadi persaingan pembelian di pasar di tengah ketatnya pasokan. Ditambah lagi, tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.

"Sepertinya anomali yang sama seperti tahun 2021. Panen tapi malah berebut, (harga jagung) jadi naik," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto B Utomo kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/2/2022).

Anomali, lanjut dia, bukan dipicu permintaan yang melonjak tiba-tiba pasca-pelonggaran lockdown di sejumlah negara. Namun, kemungkinan akibat efek domino gangguan cuaca di negara produsen jagung dunia.

"Sepertinya karena cuaca. Orang-orang khawatir sehingga berebut di pasar," ujarnya.

Sementara Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menambahkan, terjadi kenaikan harga sarana produksi ternak (sapronak)

"Sejak tengah tahun 2021, harga sapronak itu sudah naik sekitar 20%," kata Sugeng kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/1/2021).

Sapronak dimaksud adalah harga pakan dan anakan ayam (day old chicken/ DOC). 
Harga jagung yang lebih mahal memicu naiknya permintaan gandum. Bahkan, impor gandum Indonesia diduga rembes ke industri pakan ternak. 
Naiknya permintaan gandum kemudian mendorong harga gandum internasional stabil tinggi.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Diramal Kembali Deflasi di Mei 2025