Opss! Tak Cuma Covid, Ada Segudang Masalah Lagi Ancam RI

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
21 February 2022 17:20
Suharso (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suharso (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa kembali ke level normal yakni 5%. Di mana kisarannya 5,2%-5,5%.

Meski pemerintah cukup optimis bisa mencapai target ini tapi ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memulihkan ekonomi ke level 5%. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pun mengungkapkan sejumlah tantangan yang harus diatasi tahun ini.

"Meski demikian ada beberapa tantangan yang perlu dijawab dalam recovery ini," ujarnya dalam webinar BPS, Senin (21/2/2022).

Tantangan pertama, masih terjadinya recovery gap atau pemulihan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Di tahun lalu, perekonomian sejumlah provinsi seperti Maluku Utara, Papua dan Sulawesi Tengah berhasil mencatatkan pertumbuhan double digit, namun di sisi lain Papua Barat dan Bali pertumbuhannya masih kontraksi atau belum pulih.

"begitu juga subsektor industri juga masih ada yang terkontraksi seperti pengolahan, barang logam, industri kertas," jelasnya.

Tantangan kedua, meskipun PDB nominal per kapita tahun 2021 sudah kembali berada di atas level pra krisis, namun PDB riil per kapita belum kembali ke level pra-pandemi. Dan pada saat yang sama RI juga masih mengalami scarring effect.

"Kita juga masih alami efek luka pasca Covid-19 pada sisi ekonomi dan sosial yakni penurunan produktivitas kita, terjadinya learning loss, pemulihan dunia usaha yang lambat dan yang penting juga perbaikan sistem kesehatan kita yang sampai saat ini masih alami perbaikan," kata dia.

Tantangan ketiga, kondisi pengangguran dan kemiskinan yang belum kembali ke masa sebelum pandemi, meski sudah lebih baik dibandingkan tahun 2020 seiring pemulihan dan terjadinya aktivitas ekonomi di 2021.

Tantangan keempat adalah risiko global mulai dari varian baru Covid-19, perekonomian global, isu perubahan kebijakan China hingga tapering yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed. Dimana kebijakan the Fed akan membuat likuiditas di pasar global berkurang dan volatilitas meningkat.

"Jadi sebenarnya kita mudah-mudahan mesti lebih tahan menghadapi perkembangan the Fed ini," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS & China Ribut! RI & Tetangga Bakal Terima 'Durian Runtuh'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular