CNBC Insight

PD III Batal, Tapi Ukraina Jadi Medan "Proxy War"

Petrik M, CNBC Indonesia
21 February 2022 16:50
Chess pieces are seen in front of displayed Russia and Ukraine's flags in this illustration taken January 25, 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: Catur terlihat di depan bendera Rusia dan Ukraina. (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) berkeras dengan opininya bahwa Rusia menginginkan perang di Ukraina, seperti dulu saat Amerika berteriak soal Saddam Husein di Irak punya senjata pemusnah massal. Rusia disebut telah menyiagakan 100.000 lebih pasukan di perbatasan mantan saudaranya se-Uni Soviet tersebut.

Kata laporan intelijen AS, Rusia di sekitar Ukraina dalam posisi siaga dan siap menyerang kapan saja. Laporan intelijen Estonia, negara NATO di Eropa Timur, Rusia kemungkinan akan melancarkan serangan militer terbatas.

Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva menyebut Rusia tidak pernah berniat menyerang tetangganya itu. Vorobieva menyebut isu Rusia ingin menyerang Ukraina itu muncul setelah dihembuskan AS.

Meski Rusia mengklaim enggan untuk berperang, Ukraina sudah terlanjur tegang. Bahkan kini menjadi ajang pertempuran.

Pertempuran sudah pecah di Ukraina timur. Memang bukan dengan Rusia, melainkan antara pemerintah dan kelompok pemberontak pro Rusia.

Mereka adalah Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk. Dua wilayah otonom yang dikendalikan kelompok separatis pro Moskow. 

Sejak Kamis, baku tembak terjadi hingga kini. AFP menyebut bom terdengar Minggu malam di Lugansk dan Donetsk, membuat sekitar 50.000 warga melarikan diri dan dievakuasi.

"Minggu-minggu ini mereka mulai menembak lebih keras," ujar salah satu warga Oleksiy Kovalenko.

Baik pemerintah maupun pemberontak pro Rusia saling menyalahkan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan tindakan pemberontak pro-Rusia yang menembaki sebuah taman kanak-kanak-lah yang menjadi memprovokasi memancing perang. 

Pemberontak pro Rusia malah menuduh pasukan pemerintah melepaskan tembakan ke wilayah mereka empat kali. Rusia sendiri menyebut ada upaya merebut paksa wilayah dari pemberontak oleh pemerintah Ukraina.

Pemberontak Pro Rusia di Ukraina memang sudah bertahun-tahun berperang melawan pemerintah Ukraina. Kelompok pemberontak itu dianggap sering melakukan pelanggaran dalam perjanjiannya dengan Ukraina.

Banyak pihak berpotensi memandang pemberontak pro Rusia itu sebagai proxy war atau perpanjangan tangan dari Rusia. Ukraina sendiri berpotensi dijadikan perpanjangan tangan atau proxy war bagi AS dan sekutunya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(pmt)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dead End! Bumi Terancam Perang, Libatkan Rusia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular