Jokowi Teriak soal Ukraina: Perang tak Boleh Terjadi!

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 February 2022 14:07
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar ketegangan yang terjadi di Ukraina dapat segera dihentikan. Jokowi memandang, ada hal yang jauh lebih penting untuk dilakukan.

Pesan tersebut disampaikan Jokowi melalui akun Twitter resminya @jokowi, merespons situasi terkini di Ukraina dalam beberapa minggu terakhir, seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin (21/2/2022).

"Rivalitas dan ketegangan di Ukraina harus dihentikan sesegera mungkin. Semua pihak yang terlibat harus menahan diri dan kita semua harus berkontribusi pada perdamaian. Perang tidak boleh terjadi," tegas Jokowi.

Twitter Jokowi (Tangkapan layar Twitter Jokowi)Foto: Twitter Jokowi (Tangkapan layar Twitter Jokowi)
Twitter Jokowi (Tangkapan layar Twitter Jokowi)

Jokowi menegaskan bahwa sudah saatnya dunia bersinergi dan berkolaborasi dalam menangani pandemi Covid-19, yang dalam dua tahun terakhir tak kunjung selesai.

"Saatnya kita memulihkan ekonomi dunia, mengantisipasi kelangkaan pangan, dan mencegah kelaparan," tegasnya

Sebagai informasi, ketegangan Rusia dengan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO memasuki babak baru. Presiden AS Joe Biden disebut akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Keduanya akan ditengahi Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ini bisa terjadi asal Rusia tidak menginvasi Ukraina, seperti ditulis AFP mengutip pengumuman Prancis.

Ukraina sendiri tengah panas dengan baku tembak yang terjadi di perbatasan, antara pasukan pemerintah Kyiv dengan pemberontak yang didukung Moskow, sejak Kamis. Wartawan AFP menyebut baku tembak dan saling lempar bom terdengar hingga Minggu malam di Lugansk dan Donetsk, Ukraina Timur.

Hal ini membuat sekitar 50.000 warga melarikan diri dan dievakuasi. "Minggu-minggu ini mereka mulai menembak lebih keras," ujar warga Oleksiy Kovalenko.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memanas sejak November 2021. Kala itu, laporan intelijen Barat menyebut Rusia telah menempatkan 100.000 lebih pasukan di perbatasan untuk menyerang Ukraina.

Ukraina dulunya adalah bagian dari Uni Soviet. Namun hubungannya tegang dengan Rusia sejak Krimea dicaplok Moskow tahun 2014 dan munculnya separatis pro Rusia di negara itu.

Ini memicu keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Hal itu kemudian menambah panas konflik, di mana Rusia menolak keinginan Ukraina dan meminta AS menjamin tak ada pos pertahanan NATO yang dibuat di dekat negara itu.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hubungan Rusia-Ukraina Memanas, Putin Diawasi Ketat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular