Internasional

Drama "Perang" Rusia-Ukraina Lanjut, Biden Bertemu Putin?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 February 2022 12:05
Cover Headline, Biden vs Putin
Foto: ilustrasi Putin vs Biden (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan Rusia dengan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO memasuki babak baru. Presiden AS Joe Biden disebut akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Keduanya akan ditengahi Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ini bisa terjadi asal Rusia tidak menginvasi Ukraina.

"Kedua pemimpin telah mengatakan, prinsipnya iya, untuk pertemuan yang diusulkan oleh Presiden Emmanuel Macron," tulis AFP mengutip pengumuman Prancis, Senin (21/2/2022).

"Waktunya akan ditentukan. Formatnya akan ditentukan sehingga semuanya sepenuhnya tidak masuk akal," tambah media itu menulis ucapan seorang pejabat senior pemerintah seraya mengatakan persiapan pertemuan antara AS dan Rusia akan dilakukan Kamis ini.

Sebelumnya, AS memperingatkan kembali invasi masih akan terjadi dan segera dilakukan Rusia di Ukraina. Setelahnya, Belarusia, tetangga utara Ukraina yang juga sekutu Rusia, mengumumkan memperpanjang latihan militer dengan Kremlin.

Ukraina sendiri tengah panas dengan baku tembak yang terjadi di perbatasan, antara pasukan pemerintah Kyiv dengan pemberontak yang didukung Moskow, sejak Kamis. Wartawan AFP menyebut baku tembak dan saling lempar bom terdengar hingga Minggu malam di Lugansk dan Donetsk, Ukraina Timur.

Hal ini membuat sekitar 50.000 warga melarikan diri dan dievakuasi. "Minggu-minggu ini mereka mulai menembak lebih keras," ujar warga Oleksiy Kovalenko.

Sementara itu, Macron juga disebut telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia menyerukan kembali gencatan senjata dan pembicaraan di Ukraina Timur.

"Kami berdiri untuk mengintensifkan proses perdamaian," tweet Zelensky, menambahkan bahwa dia telah memberi tahu Macron tentang baku tembak yang ia sebut diprovokasi pemberontak yang didukung Rusia.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memanas sejak November 2021. Kala itu, laporan intelijen Barat menyebut Rusia telah menempatkan 100.000 lebih pasukan di perbatasan untuk menyerang Ukraina. 

Ukraina sendiri dulunya adalah bagian dari Uni Soviet. Namun hubungannya tegang dengan Rusia sejak Krimea dicaplok Moskow tahun 2014 dan munculnya separatis pro Rusia di negara itu.

Ini memicu keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Hal ini kemudian menambah panas konflik, di mana Rusia menolak keinginan Ukraina dan meminta AS menjamin tak ada pos pertahanan NATO yang dibuat di dekat negara itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-tiba AS Marah Besar ke Rusia, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular