AS Malah Mujur Efek Isu Serangan Rusia ke Ukraina, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia secara historis adalah penyedia minyak dan gas alam terbesar ke Eropa. Rusia telah lama memperingatkan bahwa kendalinya terhadap sumber energi krusial dapat terbukti menjadi bahaya bagi konsumen Eropa.
Wakil Ketua IHS Market Dan Yergin menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin telah menjadi lawan kuat Amerika Serikat (AS). Namun, isu invasi Rusia atas Ukraina menjadi berkah bagi AS.
Krisis itu dianggap telah menaikkan harga minyak. Naiknya harga minyak membuat perusahaan-perusahaan minyak AS bersemangat melakukan pengeboran.
"Hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah memberikan insentif harga untuk rebound di AS," kata Dan Yergin.
Setelah ketegangan agak mereda, Presiden Joe Biden mengatakan bahwa AS dan Rusia akan terus menggunakan saluran diplomatik untuk menghindari kontak militer. Namun, Biden tak lupa mengajak semuanya mawas diri jika sewaktu-waktu Rusia bertindak.
Beberapa hari silam telah mengumumkan bahwa pihaknya menarik kembali sebagian tentaranya dari sekitar perbatasan Ukraina. Rusia sebelumnya telah mengerahkan 100.000 tentaranya di perbatasan Ukraina. Seperti Biden, NATO tidak begitu saja percaya pada Rusia.
Harga minyak kemudian naik. Harga gas alam Eropa telah meningkat sepanjang musim dingin karena kekhawatiran tentang kekurangan pasokan. Eropa tidak mampu menyimpan gas alam. Lalu, Rusia mengurangi beberapa pasokan mulai musim gugur.
Rusia yang mengirim gas alam ke Eropa melalui pipa yang mengalir di Ukraina dan lainnya, termasuk Nord Stream I. Rusia sendiri sudah menyiapkan pipa yang lebih strategis lainnya bagi Rusia, Nord Stream II, yang dibangun untuk membawa gas dari Rusia ke Jerman. Jaringan itu sudah selesai tetapi masih menunggu persetujuan Jerman. Biden menyebut bahwa jika Rusia menginvasi Ukraina, pipa itu tidak akan diizinkan beroperasi.
Jika Rusia menyerang, sebenarnya itu kabar baik bagi AS dan para sekutunya di barat. Dengan begitu mereka lalu menjatuhkan sanksi pada negara itu. Analis mengatakan skenario terburuk untuk pasokan energi adalah sanksi memblokir penjualan energi Rusia ke Eropa atau Rusia menghentikan pasokan sebagai pembalasan.
Sebelum Pandemi Covid-19, AS merupakan penghasil minyak dan gas terbesar. Yergin mengatakan industri energi AS telah kembali mendominasi posisinya, dan sekali lagi menjadi produsen minyak dan gas terbesar.
Menurut data mingguan dar Energy Information Administration, AS mengekspor rata-rata 2,6 juta barel per hari minyak selama empat minggu terakhir, dan 4,2 juta barel produk olahan, termasuk bensin dan solar.
Bulan Januari, kapal-kapal bermuatan gas alam milik AS berlayar dari Asia dan Amerika Selatan ke pelabuhan Eropa. Ada lonjakan impor gas alam cair sebesar 80% dari tahun ke tahun.
Dengan ini, AS mengambil pasar gas alam Rusia. IHS Markit menghitung bahwa 7,73 miliar meter kubik gas alam yang dijual Amerika dikirim ke Eropa pada Januari 2022.
Suplai gas alam cair dari Rusia sendiri mencapai 7,5 miliar meter kubik melalui pipa Rusia.
Gas yang masuk ke Eropa masih terhitung belum memenuhi kebutuhan di Eropa. Di luar Rusia dan Amerika, Qatar juga penyedia gas alam ke Eropa.
"Ini adalah level tertinggi gas alam Amerika ke Eropa yang pernah kami lihat. Melihat impor Eropa dari AS sejauh bulan ini, mereka bertahan sehingga kami berharap untuk melihat tingkat yang sama untuk Februari (lebih dari 5 juta ton)," catat analis Kpler dalam email ke CNBC.
Yergin mengatakan Eropa adalah pasar alami untuk gas Rusia. "Eropa berada dalam krisis energi sebelum krisis Ukraina. Bedanya sekarang dibandingkan 2009, ketika Rusia menghentikan aliran gas melalui Ukraina, sistem pipa Eropa lebih fleksibel, sehingga dapat memindahkan gas, dan ada pengembangan gas alam, "kata Yergin.
Dengan konflik Ukraina-Rusia, AS sukses menggunting dalam lipatan dalam konteks geopolitik energi. Dengan mengambil alih pasar minyak dan gas alam Eropa. Diantaranya mengambil pasar dari Rusia. Diperkirakan produksi minyak AS bakal meningkat. Menurut Yergin, dibutuhkan 900.000 barel minyak per hari tahun ini.
"Saya pikir krisis Ukraina telah memperkuat demam emas minyak untuk semua perusahaan yang terlibat, sekarang termasuk perusahaan besar seperti Continental Resources, yang baru saja mengumumkan pengeluaran mereka dua kali lipat dibandingkan dengan produksi mereka," kata mitra Again Capital John Kilduff.
Jika ada invasi dari Rusia ke Ukraina, yang menguntungkan Amerika, kehilangan minyak Rusia akan terasa secara global. Rusia dan mitranya di OPEC+ perlahan-lahan meningkatkan produksi karena permintaan kembali. Pemerintah Rusia telah lama waspada terhadap harga minyak yang terlalu tinggi, karena semakin tinggi harganya, semakin banyak insentif untuk Amerika Serikat.
Meski ada kenaikan penjualan, AS tidak siap untuk berlama-lama jadi produsen minyak. Dan Pickering selaku kepala investasi Pickering Energy Partners mengatakan produksi minyak AS telah meningkat, tetapi perusahaan AS masih belum melakukan pengeboran sesegera mungkin dan rencana pengeboran baru sebatas wacana.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)