Negara Berkembang Butuh Modal Besar agar Pulih dari Pandemi

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
17 February 2022 20:31
Seorang wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona saat berjalan melewati poster kampanye kesehatan dari One NGO di sebuah underpass menuju stasiun kereta bawah tanah Westminster di London, Kamis (27/1/2022).  Sebagian besar pembatasan virus corona termasuk wajib wajah Masker dicabut di Inggris pada hari Kamis, setelah pemerintah Inggris mengatakan peluncuran booster vaksinnya berhasil mengurangi penyakit serius dan rawat inap COVID-19. Mulai Kamis, penutup wajah tidak lagi diwajibkan oleh hukum di mana pun di Inggris. (AP Photo/Matt Dunham)
Foto: Seorang wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona saat berjalan melewati poster kampanye kesehatan dari One NGO di sebuah underpass menuju stasiun kereta bawah tanah Westminster di London, Kamis (27/1/2022). (AP Photo/Matt Dunham)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembiayaan sektor kesehatan global agar pulih dari pandemi Covid-19 menjadi salah satu pembahasan penting pada presidensi G20 Indonesia mendatang. Untuk itu, World Bank (Bank Dunia) terus bekerja untuk mempersiapkan kebijakan pencaira pembiayaan.

President of World Bank Group, David Malpass, menuturkan bahwa negara-negara berkembang berhak mendapatkan dukungan keuangan yang lebih banyak, bahkan harus lebih banyak dari negara maju lainnya demi membantu dan mengevaluasi kesenjangan, agar negara berkembang mendapatkan tingkat vaksinasi yang baik.

"Pada minggu lalu, pendanaan kami telah membantu 67 negara untuk membeli lebih dari setengah miliar dosis (vaksin). Kami bekerja untuk meluruskan sistem kesehatan di lebih dari 100 negara dengan portofolio aktif 30 miliar dolar. Kesiapsiagaan dan membangun masa depan adalah misi inti bank dunia untuk proyek kesehatan yang komprehensif," ujar David dalam High Level International Seminar: Strengthening Global Health Architecture, Kamis (17/2/2022).

Meski begitu, David mengungkapkan untuk melakukan pembiayaan di negara berkembang memiliki kesulitan tersendiri. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kapasitas untuk mengatur sistem dan menanggapi krisis pandemi.

"Jadi, saya akan mengatakan bahwa kita perlu memikirkan platform negara yang menyatukan upaya terbaik dari berbagai lembaga multilateral, bekerja dengan negara-negara yang benar-benar berusaha untuk bergerak maju dan melakukan persiapan yang diperlukan," tuturnya.

Menurutnya, jenis vaksin yang beragam juga jadi masalah tersendiri untuk didistribusi ke negara berkembang, karena setiap negara tidak memiliki akses yang setara dalam distribusi vaksin. Ia menilai, selain pendanaan, negara berkembang juga harus siap untuk memiliki infrastruktur sistem yang baik.

Untuk itu, David mengungkapkan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah struktur modal yang baik dalam kesiapsiagaan utang agar lebih fleksibel.

"Bank Dunia, termasuk IBRD dan IFC baru-baru ini dirancang untuk menanggapi krisis, dan visibilitas saya untuk membuat dukungannya dan mempercepat aksesnya ke pasar modal global," tambahnya.

World Bank saat ini juga sedang bekerja dengan cepat pada perantara keuangan baru untuk meningkatkan pembiayaan untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi.

"Negara-negara dan donor lain akan membawa sumber daya tambahan, melengkapi upaya yang sedang berlangsung dan meningkatkan koordinasi dalam agenda politik ini," tutupnya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pandemi, Utang Negara Miskin Naik 12% Sepanjang 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular