Internasional

Dubes Rusia Buka Suara soal Nord Stream 2, Kenapa Diancam AS?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 16/02/2022 16:35 WIB
Foto: Buka-bukaan Dubes Rusia, Benarkah Rusia-Ukraina Perang?(CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Barat dan Rusia masih tegang. Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberi ancaman baru ke Rusia. Jika Rusia menyerang Ukraina, Barat akan menghentikan proyek pipa Nord Stream 2.

Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan apa yang dilakukan AS adalah persaingan tidak sehat. Hal ini ia katakan dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia, Rabu (16/2/2022).


"Sekali lagi, semua upaya AS untuk menghentikan proyek Nordstrom ini adalah contoh persaingan tidak sehat. Karena jika gas Rusia berhenti masuk ke Jerman ke Eropa, Eropa tidak punya pilihan selain beralih ke gas LNG yang diimpor dari AS yang lebih mahal," jelasnya.

Vorobieva mengatakan Rusia sekali lagi berkomitmen pada kewajibannya. Moskow siap memasok energi ke Eropa.

"Yang kami inginkan adalah permainan yang adil dan transparan, tidak terpengaruh oleh tindakan tidak sah seperti sanksi sepihak atau upaya tertua untuk menghentikan proyek pipa Nordstrom 2," katanya.

"Di Jerman lebih dari semua negara lain tertarik untuk memiliki proyek ini di satu tempat. Jadi kami adalah mitra yang bertanggung jawab dan kami berkomitmen pada kewajiban kami. Saya pikir kami sudah membuktikannya selama bertahun-tahun dan tidak ada agenda tersembunyi dari pihak kami dalam hal ini."

Pipa Nord Stream 2 adalah jalur pipa gas alam antarNord Stream 2a Rusia dan Jerman. Saat ini jalur pipa itu sebenarnya sudah rampung, namun belum beroperasi.

Ini merupakan kelanjutan Nord Stream 1, yang telah beroperasi di jalur yang sama sejak 2011 di dalam Laut Baltik. Pipa membentang 1.230 km dan menghubungkan Ust-Luga di Rusia dengan Greifswald di timur laut Jerman.

Mengutip Euronews, konstruksi sudah dimulai sejak Mei 2018. Namun, proyek selesai 10 September 2021, terlambat 1,5 tahun dari jadwal.

Pemilik pipa Nord Stream 2 adalah raksasa energi milik negara Rusia Gazprom. Di mana BUMN Rusia itu mengambil alih setengah dari biaya proyek senilai US$ 11 miliar.

Sisanya ditanggung konsorsium perusahaan Eropa. Yakni MV (Austria), Wintershall Dea (Jerman), Engie (Prancis), Uniper (Jerman) dan Shell (Inggris).

Idealnya, jika sah beroperasi, seharusnya Nord Stream mengirimkan 55 miliar meter kubik gas setiap tahun ke 26 juta rumah tangga potensial di Jerman. Tetapi proyek tersebut masih memerlukan sertifikasi dari otoritas Jerman sebelum dapat mulai mengirimkan gas.

Di sisi lain, proyek ini kontroversial bagi sejumlah negara di kontinen itu seperti Ukraina dan Polandia. Karena ini akan menghilangkan skema "biaya transit" dari alur pengantaran gas sebelumnya.


(tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Bantah Klaim AS Soal Berhasil Hancurkan Pusat Nuklir