Terungkap! Karena ini Petani Zaman Soeharto Mau Tanam Kedelai

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Rabu, 16/02/2022 06:50 WIB
Foto: Pengerajin memilih kedelai untuk diolah menjadi tempe di kawasan Sunter, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan,subsidi jadi salah satu isu dalam upaya memacu produksi pangan, termasuk kedelai. Dia membandingkan kebijakan saat pemerintahan zaman Orde Baru oleh Presiden Soeharto.

Menurut dia, upaya memacu produksi kedelai di Tanah Air menjadi pilihan sulit. Tahun 2022, Kementerian Pertanian (Kementan) hanya menargetkan produksi kedelai 200 ribu ton. Padahal, kebutuhan domestik khususnya perajin tahu tempe saja berkisar 3 juta ton setiap tahunnya.


Apalagi dengan refocusing anggaran yang memangkas sasaran jadi 144 ribu hektare (ha) dari rencana awal 400 ribu ha.

"Kami akan siasati dengan dana KUR. Kedelai memang jadi pilihan sulit karena di satu sisi, rakyat lebih pilih jagung ketimbang kedelai. Karena petani kedelai baru bisa untung kalau hasil panennya dibeli Rp6.000 - 7.000 per kg," kata Mentan saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Senin (15/2/2022).


Hal itu, ujarnya, menyebabkan perbedaan dengan petani jagung. Apalagi, harga kedelai lebih terpengaruh gejolak global. Sehingga, potensi petani untung lebih sedikit.

"Kenapa zaman Orde Baru bisa, semua orang di Jawa tanam kedelai? Karena disubsidi oleh pak Harto (Soeharto) setara beras. Sekarang nggak ada subsidi," kata Mentan.

Apalagi, dia menambahkan, saat ini impor kedelai juga bukan bagian dari komoditas masuk kebijakan larangan terbatas.

"Impor tanpa rekomendasi kami. Di satu sisi ada isu GMO, padahal ada Walhi yang sangat memerangi penggunaan GMO," katanya.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Petani Tergantung Tengkulak, PR Literasi Keuangan Pertanian RI