
Utang Luar Negeri RI Turun! Jadi 'Cuma' Rp 5.972 Triliun...

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) pada kuartal IV-2021 adalah US$ 415,1 miliar. Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 14.388 seperti kurs acuan BI tertanggal 14 Februari 2022, maka jumlah itu setara Rp 5.972.46 triliun.
Dibandingkan dengan kuartal III-2021, ULN Indonesia turun pada kuartal IV-2021. Pada kuartal III-2021, ULN tercatat US$ 424 miliar (Rp 6.100,51 triliun).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) dan sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN triwulan IV 2021 terkontraksi 0,4% (yoy), setelah tumbuh 3,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya," sebut keterangan tertulis BI.
ULN pemerintah pada kuartal IV-2021 adalah US$ 200,2 miliar. Turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 205,5 miliar. Hal ini menyebabkan ULN Pemerintah terkontraksi 3,0% (yoy), setelah tumbuh 4,1% (yoy) pada kuartal III-2021.
"Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman di triwulan IV 2021. Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari SBN ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN," lanjut keterangan BI.
Hingga akhir 2021, pemanfaatan ULN pemerintah tercatat ikut mendukung kinerja di sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9% dari total ULN pemerintah), sektor jasa kesehatan, dan kegiatan sosial (17,2%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor konstruksi (15,5%), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (12,1%). Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN Pemerintah kuartal IV-2021 relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah.
Sementara ULN swasta (termasuk BUMN) tercatat sebesar US$ 205,9 miliar pada kuartal IV-2021, menurun dari US$ 209,3 miliar pada kuartal sebelumnya. Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 0,9% (yoy), setelah tumbuh 0,6% (yoy) dari kuartal sebelumnya sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode kuartal IV-2021.
Perkembangan tersebut disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) menjadi 4,2% (yoy), dari kontraksi triwulan sebelumnya 2,7% (yoy), dan kontraksi ULN korporasi bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) menjadi sekitar 0,01%, setelah tumbuh 1,5% (yoy) pada kuartal III-2021. Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 76,7% dari total ULN swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,4% terhadap total ULN swasta.
"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan IV 2021 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 35%, menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 37%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN jangka panjang yang lebih dominan dengan pangsa mencapai 88,3% dari total ULN," tulis keterangan BI.
(aji/aji) Next Article Naik Lagi, Utang Luar Negeri RI Makin Dekati Rp 6.000 Triliun