Internasional

Siaga Perang 16 Februari, AS Cs Pindahkan Kedutaan di Ukraina

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 15/02/2022 09:04 WIB
Foto: Sejumlah warga melakukan aksi protes terhadap potensi eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina di pusat Kyiv, Ukraina, Sabtu (12/2/2022). (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) memerintahkan penutupan kedutaan besar di ibu kota Ukraina Kyiv dan memindahkannya ke Lviv, kota di wilayah Barat, Senin (14/2/2022). Paman Sam mengatakan hal tersebut dilakukan akibat percepatan penumpukan pasukan Rusia di perbatasan.

"Kami sedang dalam proses memindahkan sementara operasi Kedutaan kami di Ukraina dari Kedutaan Besar kami di Kyiv ke Lviv karena percepatan dramatis dalam penumpukan pasukan Rusia," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Selasa (15/2/2022).


"Saya telah memerintahkan langkah-langkah ini untuk satu alasan, yakni keselamatan staf kami. Kami pun sangat mendesak warga AS yang tersisa di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu."

Pengumuman ini muncul setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kemungkinan pemerintahan Presiden Vladimir Putin ingin bernegosiasi dengan Barat. Ini setelah akhir pekan pejabat AS memperingatkan serangan Rusia ke Ukraina bisa terjadi "kapan saja sekarang".

Rusia sendiri menuntut Barat agar tidak mengizinkan Ukraina menjadi anggota NATO. Pakta pertahanan pimpinan AS itu juga diminta menghentikan kehadirannya di Eropa Timur.

Langkah pemindahan kedutaan dari Kyiv tak hanya dilakukan AS, tapi juga Kanada dan Australia. Liview sendiri berada dekat perbatasan Polandia, anggota NATO.

Sementara itu sebelumnya sejumlah media mengatakan Rusia akan menyerang Ukraina Rabu, 16 Februari. Media AS Politico menulis bahwa orang dekat dengan Presiden AS Joe Biden menyebut memang ada pembicaraan yang menyebut tanggal itu, antara Wapres Barrack Obama tersebut dengan sekutu.

Berbicara ke CNBC International, Duta Besar Ukraina untuk Inggris Vadym Prystaiko juga membenarkan ini. Intelijen, ujarnya, menyebut invasi Rusia pada Rabu adalah mungkin.

"Ini khusus diumumkan untuk memberitahu agresor bahwa kami tahu tentang rencana itu, dan jika itu tidak terjadi, itu mungkin karena publik sudah tahu bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu," katanya lagi menyiratkan kerangka waktu invasi alternatif.

"Tetapi terlepas dari intel, masalahnya adalah bahwa Ukraina didorong untuk panik. Maskapai membatalkan penerbangan, uang ditarik oleh investor. Orang Ukraina merasa bahwa mereka telah ditinggalkan," tegasnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta warga untuk mengibarkan bendera negara itu dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak Rabu esok. Meski Barat menyebut Rusia akan menyerang, ia meminta warga tak panik dan menjadikannya sebagai Hari Persatuan.

"Mereka (barat) memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan. Kami akan menjadikannya sebagai Hari Persatuan," kata Zelenskiy dalam pidato video kepada negara tersebut.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah