Mau Pakai Kompor Listrik? Dayanya Minimal 2.200 Watt ya Bund

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Senin, 14/02/2022 14:45 WIB
Foto: Kompor Induksi. (Dok: PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) menargetkan penggunaan kompor induksi atau kompor listrik di tahun 2024 mencapai 8,5 juta. Pengguna kompor listrik akan semakin bertambah pada tahun 2030 mencapai 18,2 juta rumah tangga. Sementara, untuk menggunakan kompor listrik dibutuhkan daya sebesar 2.200 watt.

Dirut PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan untuk kelas masyarakat yang daya listriknya sudah 2.200 watt tidak akan jadi masalah dalam menggunakan kompor listrik. Sementara saat ini tercatat mayoritas masyarakat Indonesia masih menggunakan listrik berdaya 450 watt dan 900 watt atau subsidi.

"Banyak penggunaan listrik dayanya masih 900 watt, perlu ada strategi khusus dalam menambah daya jadi 2.200 watt. Penambahan daya akan difasilitasi," kata Darmawan kepada CNBC Indonesia, di Jakarta, Senin (14/2/2022).


Bukan cuma itu, menurut Darwaman, kelak penggunaan listrik untuk kompornya pun akan tetap subsidi. Sebab, akan ada teknologi penghitungan yang dimiliki PLN yang bisa dihitung dan untuk penerima subsidi akan tetap mendapatkannya meski sudah beralih ke kompor listrik.

Adapun untuk keluarga yang sudah mampu, PLN pun memastikan dengan penggunaan kompor listrik akan lebih murah dibandingkan penggunaan LPG. Darmawan pun akan memfasilitasi jika ada masyarakat yang ingin menaikan daya, termasuk ke depan menyiapkan utensil yang sesuai untuk kompor listrik hingga ke pasar tradisional.

"Kami akan memastikan kompor dan peralatan lainnya mudah didapatkan, bahkan di pasar tradisional sekalipun," jelas Darmawan.

Apalagi saat ini PLN sedang mengalami oversupply atau kelebihan listrik sekitar 6,7 Giga Watt (GW) yang dihasilkan dari batu bara dan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Sebagian besar energi itu dihasilkan berdasarkan produksi domestik. Sejatinya, penggunaan energi domestik itu bisa dipakai untuk menekan impor LPG melalui pemakaian kompor berbasis listrik. Melalui penggunaan kompor listrik inilah, pemerintah bisa mengurangi impor LPG yang saat ini diperkirakan per tahun bisa mencapai Rp 80 triliunan itu.

Darmawan menjabarkan, bahwa penggunaan 1 Kilogram (kg) LPG setara dengan penggunaan 7 kilo Watt hour (kWh) listrik. Tentunya, misalnya dengan pembelian gas LPG melon berkisar Rp 7.000 per kg (angka subsidi), maka penggunaan dengan kompor listrik jadi lebih murah.

"Jadi seakan-akan penggunaan 1 kg LPG melon itu murah, padahal di situ ada subsidi. Menggunakan induksi listrik lebih murah, tapi memang ada distorsi listrik karena subsidi yang perlu dikoreksi, listrik Rp 10 ribu, LPG Rp 7 ribu (subsidi). Perlu ada matching, kalo listrik lebih murah ada insentif dari listrik," ungkap Darmawan.

Darmawan mengatakan bahwa, tantangan menggunakan kompor listrik saat ini adalah berkenaan dengan pola atau gaya hidup dalam penggunaan LPG. Maka dari itu, perlu disosialisasikan lebih mendalam bahwa penggunaan kompor listrik akan lebih efisien dan ramah lingkungan ketimbang penggunaan LPG.

"Perlu sosialisasi secara massif, industri perlu dibangun, lalu relokasi anggaran, kemudian energi mahal diubah jadi lebih murah. Sedang on going, perlu ada pergeseran gaya hidup, termasuk industri pendukung agar bisa berjalan secara lancar," ungkap Darmawan.

Ia membeberkan bahwa saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sedang melakukan assessment secara menyeluruh termasuk realokasi LPG untuk percepatan ke listrik.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Beras Mahal di 191 Daerah - China Serang Balik AS