Ahok: Pertamina Bisa Untung US$ 4 - US$ 5 Miliar Jika..
Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok memperkirakan bahwa Pertamina masih bisa mencetak keuntungan di atas US$ 1 miliar pada tahun ini. Hal itu meski dengan asumsi bahwa Pertamina tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah gejolak harga minyak mentah dunia yang sedang mengalami kenaikan.
"Harapan kami, Pertamina jika tidak menaikkan harga (BBM), tahun ini masih bisalah mencapai keuntungan di atas US$ 1 miliar," ungkapnya
Dia pun mengatakan bahwa lebih baik bila pemerintah mengubah skema subsidi BBM dari subsidi berbasis komoditas yakni pada BBM, menjadi subsidi langsung ke orang yang berhak menerima subsidi.
Menurutnya, bila harga BBM tak lagi diatur atau ditetapkan pemerintah, dan dilepas sesuai harga pasar dan memeberikan subsidi langsung ke orang yang berhak, maka hal ini bisa berpengaruh terhadap penjualan dan keuntungan Pertamina serta devisa bagi negara.
Jika hal itu berlaku, tak tanggung-tanggung, dia memperkirakan keuntungan Pertamina bisa mencapai US$ 4-5 miliar per tahun.
"Atau bahan bakar subsidi tidak dialihkan ke barang (komoditas/ BBM), nah mungkin untuk US$ 4 - US$ 5 miliar harusnya bisa (untung). Harapan saya pemerintah memikirkan subsidi ke orang langsung, bukan di barang, itu harapan saya," tuturnya.
Seperti diketahui, harga minyak hingga saat ini masih tinggi. Kemarin, harga minyak jenis Brent ditutup di US$ 91,55/barel, naik 0,85% dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 90,03/barel, bertambah 0,75%.
Ini artinya, realisasi harga minyak sudah jauh lebih tinggi dibandingkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada APBN 2022 yang sebesar US$ 63 per barel.
Namun demikian, selama dua tahun terakhir ini Pertamina masih belum menaikkan harga BBM, terutama untuk BBM non subsidi seperti Pertamax, Pertalite, maupun Premium.
Harga BBM Pertamina pada Februari 2022 ini masih paling murah dibandingkan badan usaha penyalur BBM lainnya, seperti Shell, BP/AKR, dan Vivo.
Shell Indonesia misalnya, per 1 Februari 2022 telah menaikkan harga BBM jenis bensin dengan nilai oktan (RON) 92 yakni Shell Super sebesar Rp 950 per liter menjadi Rp 12.990 per liter dari Rp 12.040 per liter pada Januari 2022 lalu.
Tidak berbeda jauh dengan Shell, BP/AKR membanderol harga bensin BP 92 (RON 92) sebesar Rp 12.950 per liter. Sementara Vivo menjual bensin RON 92 atau dengan merek Revvo 92 dengan harga lebih murah yakni Rp 11.900 per liter.
Namun demikian, dibandingkan ketiga badan usaha swasta tersebut, harga jual BBM Pertamina dengan kualitas yang sama yakni Pertamax (RON 92) masih paling murah yakni dipatok sebesar Rp 9.000 per liter.
Ini artinya, harga Pertamax yang dijual Pertamina lebih murah Rp 2.900 - Rp 3.990 per liter dibandingkan harga BBM sejenis di badan usaha swasta lainnya.
Perlu diketahui, kenaikan harga BBM oleh badan usaha penyalur niaga tek terlepas dari kenaikan harga minyak mentah dunia.
(pgr/pgr)