
Ada Kabar Baik! Tak Lama Lagi Covid Omicron Bakal 'Jinak'

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menghantui Indonesia. Angka kasus positif harian corona terus berada di level yang bisa dibilang cukup mengkhawatirkan.
Kemarin, Rabu (9/2/2022), Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat ada tambahan kasus baru sebanyak 46.843 orang. Sehingga, total kasus yang sudah terkonfirmasi menjadi 4.626.939.
Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Jadi, kasus aktif menggambarkan realita pandemi yang sesungguhnya di lapangan.
Beban terhadap sistem pelayanan kesehatan nasional pun terlihat di angka keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR). Per 3 Februari 2022, angka BOR nasional ada di 19%, tertinggi sejak 6 September 2021.
Di wilayah Jawa-Bali, angka BOR pun menanjak. BOR DKI Jakarta per 3 Februari 2022 sudah mencapai 59%. Kemudian di Jawa Barat 25%, Jawa Tengah 8%, DI Yogyakarta 13%, Jawa Timur 7%, Banten 32%, dan Bali 30%.
Lonjakan kasus harian di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain, disebabkan oleh virus corona varian Omicron. Varian ini lebih mudah menular dibandingkan sebelumnya sehingga menyebabkan kenaikan kasus harian yang signifikan.
Sebelumnya, Indonesia mengalami gelombang serangan varian Delta pada pertengahan tahun lalu. Kasus harian mulai naik pada awal Juni 2021 dan memuncak pada pertengahan bulan selanjutnya.
Melihat pola itu, bisa diperkirakan kira-kira seberapa lama gelombang serangan varian Omicron bakal meneror Ibu Pertiwi. Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, memaparkan metode perhitungannya.
Sebagai awalan, Tirta membandingkan kasus di Indonesia dengan India. Kedua negara ini punya pola yang hampir serupa sehingga bisa disandingkan.
Dengan asumsi maksimal populasi Indonesia yang bisa terjangkit Covid-19 (carrying capacity) adalah 2-2,5% dan laju penularan Omicron 1,2-1,5 kali Delta, maka akan butuh waktu 56-60 hari untuk satu siklus atau fase gelombang selesai. Artinya jika kasus naik signifikan mulai 2 Januari 2022, maka gelombang serangan Omicron akan berakhir pada 3 Maret 2022.
"Kasus kumulatif bisa mencapai 5,4-6,7 juta. Kasus harian bisa menyentuh 42.785-72.133 orang dalam sehari pada pekan kedua dan ketiga Februari," sebut Tirta.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan serangan omicron tidak (atau belum) separah varian delta yang meneror tahun lalu. Risiko gejala berat dan kematian relatif rendah.
"Saat varian delta, hospitality rate 20% dari kasus aktif, masuk ICU 5%, fatality rate 1,8-3%. Omciron data di luar negeri hospitalisasi jauh lebih rendah, 1-4%. Masuk ICU berkisar di bawah 1% hingga 1%, rendah sekali," ungkapnya.
Kabar baik lain datang dari AS. Laporan dari US Centers for Disease Control and Preventions (CDC) menyebut virus corona varian omicron tidak menyebabkan dampak separah varian delta.
Menurut laporan CDC, tingkat perawatan di ICU saat gelombang serangan omicron di Negeri Paman Sam saat ini sekitar 29% lebih rendah ketimbang musim dingin lalu. Dibandingkan saat gelombang serangan varian delta, tingkat perawatan di ICU lebih rendah 26%.
Nah, saat ini omicron adalah varian paling dominan di AS, menggeser delta. Varian dominan itu kini sudah lebih 'jinak', ancaman terhadap nyawa lebih kecil.
Selama periode 19 Desember 2021-15 Januari 2022, saat serangan omicron memuncak di AS, angka kematian rata-rata adalah sembilan orang per 1.000 kasus positif. Lebih sedikit ketimbang saat serangan varian delta yaitu 13 per 1.000 kasus positif.
"Tingkat keparahan yang lebih rendah kemungkinan besar disebabkan oleh cakupan vaksinasi yang kini lebih luas. Booster juga memberikan pertahanan lebih," sebut laporan CDC.
Menurut CDC, kejadian ini tidak hanya dialami di AS. Afrika Selatan, Inggris, dan Skotlandia juga mengalami hal serupa.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?