Simak! Kondisi Terkini Gunung Anak Krakatau, Mulai Membaik?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat perkembangan status Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda. Saat ini, status Gunung Anak Krakatau itu masih pada level II atau waspada dan belum naik pada level siaga.
Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir, Gunung Anak Krakatau memunculkan peningkatan aktivitas, yang mana diketahui terjadi erupsi yang menimbulkan awal hitam kelabu mencapai 1.500 meter.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan bahwa Gunung Anak Krakatau (GAK) belum perlu mencapai level Siaga karena pihaknya masih perlu mengevaluasi data secara menyeluruh untuk mengestimasi potensi ancaman bahayanya ke depan.
"GAK dan perkembangannya belum perlu naik Siaga karena perlu mengevaluasi data secara menyeluruh untuk mengestimasi potensi ancaman bahayanya ke depan," kata Budi saat Konferensi Pers Badan Geologi, Kementerian ESDM, terkait Kondisi Terkini Aktivitas Gunung Anak Krakatau, Rabu (9/2/2022).
Sementara itu, terkait Gempa Banten apakah berkaitan dengan Anak Krakatau, tim akan melakukan analisis data untuk menjawab hal tersebut. Namun dari data pemantauan menunjukkan bahwa kondisi overpressure di GAK sudah terjadi sebelum gempa Banten.
Gempa bumi global dengan kekuatan besar yang memicu erupsi gunung api kejadian hanya sekitar 0,4 %, dengan catatan gunung api yang mengalami erupsi berada pada kondisi over pressure sebelumnya (Manga & Brodsky, 2006)
Berbicara scenario Hunga Tonga, ia menyebut bahwa secara karakteristik kedua gunung api itu identik. Namun berdasarkan data pemantauan terkini, kemungkinan ini sangat kecil karena, volume intrusi magma di GAK saat ini belum besar (terindikasi dari seismik, deformasi & SO2), secara historis, longsoran GAK terjadi ketika ketinggian puncaknya melebihi 300 mdpl.
Kondisi overpressure GAK sudah terdeteksi setidaknya sejak Desember 2021. Namun volume intrusi belum besar (Indikasi dari Magnitudo seismik dan deformasi).
Peningkatan kegempaan didominasi oleh kegempaan frekuensi rendah (dangkal). Peningkatan terjadi setelah gempa tektonik M6.7.
Sementera itu, Kepala PVMBG Andiani mengatakan mulanya asap kawah mulai terlihat sebelum 3 Februari. Namun asap kawah tersebut sifatnya tidak menerus.
"Tanggal 3 Februari itu mulai ada asap kawah yang kemudian menerus dan diikuti dengan letusan," terang Andiani dalam konferensi pers, Rabu (9/2/2022).
(pgr/pgr)