Internasional

Ini Isyarat Terbaru Putin soal Perang, Bisa Terjadi Jika..

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
09 February 2022 14:05
Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)
Foto: Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali buka suara mengenai ketegangan yang dialami negara pimpinannya itu dengan Amerika Serikat (AS) dan pakta pertahanan NATO terkait Ukraina. Ia menyebut bahwa Kremlin masih berusaha untuk meredakan eskalasi.

Berbicara setelah perundingan berjam-jam dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Selasa (8/2/2022), Putin masih menegaskan bahwa perang akan terjadi bila Ukraina bergabung dengan NATO dan meluncurkan operasi untuk menarik balik wilayah Krimea dari Rusia. NATO sendiri notabenenya merupakan rival pertahanan Rusia.

"Tidak akan ada pemenang jika Ukraina bergabung dengan NATO dan kemudian mencoba untuk merebut kembali semenanjung Krimea yang Rusia merebutnya pada tahun 2014," ujarnya sebagaimana dilaporkan Reuters, Rabu (9/2/2022).

"Rusia akan melakukan segalanya untuk menemukan kompromi yang cocok untuk semua warga dunia."

Sementara itu, dalam diskusinya dengan Macron, Putin dilaporkan sangat-sangat serius. Beberapa pejabat melaporkan bahwa kedua pemimpin larut dalam diskusi hingga malam hari untuk menentukan kesepakatan terkait ketegangan ini.

"Tentu saja dia tetap pada posisinya, tetapi saya tidak mendapat kesan bahwa dia ingin eskalasi," kata Kepala Dewan Urusan Internasional Rusia, Andrey Kortunov.

"Mungkin Anda tidak akan berbicara dengan lawan selama tujuh jam jika Anda hanya ingin menceramahinya dan menutup file."

Kondisi di wilayah Ukraina masih panas. Dalam laporan intelijen, Moskow disebutkan telah melakukan mobilisasi pasukan hingga lebih dari 100 ribu personil ke dekat wilayah milik Kiev.

Rusia sendiri tetap bersikeras untuk menolak pengajuan Ukraina ke NATO karena ditakutkan akan kembali melancarkan operasi ke wilayah Krimea. Krimea sendiri pada 2014 lalu berhasil direbut pasukan separatis pro-Rusia dari Ukraina.

Di sisi lain, Ukraina smenyebut bahwa pengajuannya kepada NATO adalah untuk mendapatkan bantuan dari pakta pertahanan pimpinan AS itu untuk melawan pasukan separatis lainnya di wilayah Donbass dan Luhansk agar tidak lepas lagi seperti Krimea dahulu. Diketahui, dua wilayah yang berada di timur negara ladang gandum itu masih dikuasai milisi yang disokong Kremlin.

Dalam situasi ini, NATO dan AS sepakat untuk menawarkan bantuan pertahanan kepada Kiev. Washington bahkan juga melakukan pergerakan pasukan dan persenjataan ke dekat negara itu. Ini juga diikuti negara NATO lain seperti Inggris dan Belanda yang mengirimkan kapal perang di sekitar bibir pantai Timur Ukraina.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! Biden Panggil NATO Eropa Timur, Perang Lawan Putin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular