Internasional

Bencana Selain Covid Makin Ngeri, Ekosistem Bisa Kolaps

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 February 2022 13:00
Botol plastik dan sampah lainnya mengapung di danau Potpecko dekat Priboj, di barat daya Serbia (22/1/2021). (AP Photo/Darko Vojinovic)
Foto: Botol plastik dan sampah lainnya mengapung di danau Potpecko dekat Priboj, di barat daya Serbia (22/1/2021). (AP Photo/Darko Vojinovic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) kembali mendesak pembuatan perjanjian internasional tentang plastik. Pasalnya  plastik telah menyusup ke semua bagian lautan dan bahkan ditemukan di plankton terkecil hingga paus terbesar.

Potongan-potongan kecil plastik telah mencapai daerah yang paling terpencil di planet yakni Kutub Utara. Ia ditemukan di dalam ikan di ceruk terdalam dari laut, Palung Mariana.



Laporan WWF mengatakan, antara 19 hingga 23 juta ton sampah plastik terbawa ke saluran air dunia setiap tahun. Sebagian besar berasal dari plastik sekali pakai, yang mendominasi 60% pencemaran laut, meskipun semakin banyak negara melarang penggunaannya.

"Di banyak tempat (kami) mencapai semacam titik jenuh untuk ekosistem laut, di mana kami mendekati tingkat yang menimbulkan ancaman signifikan," kata Eirik Lindebjerg, Manajer Kebijakan Plastik Global di WWF, dikutip dari Channel News Asia (CNA).

"Di beberapa tempat ada risiko kehancuran ekosistem. Ini tidak hanya akan mempengaruhi paus dan anjing laut dan penyu, tetapi juga stok ikan besar dan hewan yang bergantung pada itu."

Dalam satu studi tahun 2021, 386 spesies ikan dari 555 yang diuji, menelan plastik. Penelitian terpisah yang melihat spesies ikan komersial utama, menemukan hingga 30% ikan cod dalam sampel yang ditangkap di Laut Utara memiliki mikroplastik di perut mereka.

Perlu diketahui, begitu berada di dalam air, plastik mulai terdegradasi. Plastik menjadi lebih kecil dan sangat kecil hingga menjadi "nanoplastik" alias tidak terlihat dengan mata telanjang.

"Jadi, bahkan jika semua polusi plastik berhenti total, volume mikroplastik di lautan masih bisa berlipat ganda pada tahun 2050. Tetapi produksi plastik terus meningkat, berpotensi dua kali lipat pada tahun 2040," kata WWF.

"Polusi plastik laut diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat selama periode yang sama."

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Mediterania, Laut China Kuning dan Timur (antara Cina, Taiwan dan Semenanjung Korea) dan di es laut Arktik kini menjadi wilayah di dunia yang sudah penuh dengan mikroplastik. Hal ini dipastikan membuat ekosistem bisa kolaps.

Namun hingga kini memang tidak ada kesepakatan internasional untuk mengatasi masalah tersebut. Meskipun, para delegasi yang bertemu di Nairobi untuk pertemuan lingkungan PBB dari Februari hingga Maret diperkirakan akan meluncurkan pembicaraan tentang perjanjian plastik di seluruh dunia.




(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di RI Sampah Plastiknya Saja Masih Impor, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular