Internasional

Cerita Negara Eropa yang Lepas Masker di Tengah Omicron

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 08/02/2022 11:20 WIB
Foto: Orang-orang berkerumun di depan Rumors di Noerregade di Kopenhagen, Denmark (AP PHOTO/RITZAU SCANPIX/Olafur Steinar Gestsson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara di wilayah Eropa mulai mencabut pembatasan Covid-19. Keputusan ini sendiri diambil pada saat negara-negara di Benua Biru mengalami serbuan varian Omicron.

Mereka antara lain, Inggris, Denmark, Irlandia, Belanda. Terbaru, ini dilakukan Prancis dan Norwegia.


Pemerintah negara-negara itu berdalih dengan alasan kasus yang sudah melalui puncak dan angka vaksinasi. Termasuk booster, suntikan penguat alias dosis ke-3 vaksin Covid-19, yang cukup tinggi. 

Di Prancis, pemerintah telah melonggarkan beberapa aturan pembatasan setelah adanya penurunan kasus infeksi Covid-19, 2 Februari lalu. Mulai kemarin, mengenakan masker di luar ruangan tidak lagi diwajibkan dan batas kapasitas penonton untuk teater, konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya telah dicabut.

Bekerja dari rumah (work from home) juga tidak lagi menjadi satu keharusan. Namun, pemerintah menekankan WFH tetap sangat disarankan.

Bukan cuma itu, langkah lanjutan juga akan dilakukan 16 Februari mendatang. Nantinya klub malam dapat dibuka kembali setelah ditutup pada Desember lalu. Tak hanya itu, aturan makan dan minum juga akan diizinkan di stadion, bioskop, dan transportasi umum.

Meski ditentang beberapa ahli akibat adanya potensi penularan tinggi varian Omicron, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengklaim angka vaksinasi yang sudah tinggi akan mengekang pandemi. Apalagi kini masyarakat Prancis memerlukan bukti inokulasi untuk mengakses segala sesuatu mulai dari bar dan restoran hingga bioskop dan transportasi umum jarak jauh.

Di Norwegia, pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Jonas Gahr Stoere mengatakan restoran akan kembali diizinkan untuk menyajikan alkohol di luar jam 11 malam. Bekerja dari rumah tidak lagi wajib dan batas 10 pengunjung di rumah pribadi akan dihapus.

Langkah ini dilakukan negara Nordik itu disaat kasus sedang meninggi. Jonas mengatakan meski kasus meningkat, jumlah keterisian rumah sakit cukup sedikit mengingat vaksinasi yang sudah cukup mencakup porsi besar populasi.

"Bahkan jika lebih banyak orang terinfeksi, lebih sedikit yang dirawat di rumah sakit. Kami terlindungi dengan baik oleh vaksin. Ini berarti kami dapat melonggarkan banyak tindakan bahkan ketika infeksi meningkat dengan cepat," kata Stoere dalam konferensi pers, pekan lalu, dikutip The Straits Times.

Sementara itu, Denmark menjadi negara yang benar-benar mencabut seluruh pembatasan Covid-19. Dalam pencabutan ini, pembatasan jam operasional bar dan restoran ditiadakan serta Klub malam juga sudah dibuka kembali.

Pelonggaran itu dilakukan ketika Denmark mencatat sekitar 40.000-50.000 kasus Covid baru setiap hari atau 1% dari 5,8 juta penduduk negara itu. Hanya beberapa pembatasan yang masih diberlakukan, seperti ke para pelancong yang tidak divaksinasi, yang datang dari negara non-Schengen.

"Kami memiliki cakupan yang sangat tinggi dari orang dewasa yang divaksinasi dengan tiga dosis (booster)," kata ahli epidemiologi Universitas Roskilde Lone Simonsen dikutip AFP.

Lebih dari 60% orang Denmark telah menerima dosis ketiga, satu bulan lebih cepat dari jadwal otoritas kesehatan. Ini jauh mengungguli rata-rata UE yang hanya di bawah 45%.

Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa banyak negara belum mencapai puncak kasus Varian Omicron. Sehingga lembaga PBB itu meminta negara-negara dunia tetap hati-hati dalam melakukan pelonggaran dan tidak tergesa-gesa.

Dikatakan WHO, kondisi satu negara dan negara lain berbeda. Sehingga "tren" yang dilakukan Eropa itu tidak semata-mata dapat diikuti negara lainnya.

 


(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkes Dipanggil Presiden, Lapor Soal Covid-19 & Cek Kesehatan