Ingat Pesan WHO Soal Lonjakan Kasus Covid-19: Jangan Lockdown

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 February 2022 12:04
Pos Penyekatan PPKM Level 4 Tanpa Penjagaan
Foto: Pos Penyekatan PPKM Level 4 Tanpa Penjagaan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-18) di Indonesia belum reda. Bahkan ada tendensi kembali menggila.

Kemarin, Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus positif harian Covid-19 mencapai 17.895 orang. Ini adalah rekor kasus positif harian tertinggi sejak 20 Agustus tahun lalu.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus positif harian adalah 12.229 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yakni 3.666,43 orang. Artinya terjadi kenaikan 233,54%. Wow...

Lonjakan kasus positif membuat angka kasus aktif ikut terangkat. Kemarin, ada tambahan 12.760 kasus aktif sehingga total menjadi 94.109 orang.

Kasus aktif adalah pasien yang masih menjalani perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Oleh karena itu, kasus aktif mencerminkan kondisi pandemi yang sesungguhnya.

coronaFoto: Kemenkes, Worldometer
corona

Beban terhadap sistem pelayanan kesehatan nasional pun mulai terasa. Per 1 Februari 2021, tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) Indonesia mencapai 16%, tertinggi sejak 9 September 2021.

Di Jakarta, situasinya lebih gawat lagi. BOR di provinsi pimpinan Gubernur Anies Rasyid Baswedan ini sudah 56% pada 1 Februari 2022. Artinya, kapasitas rumah sakit sudah terisi lebih dari separuh.

Halaman Selanjutnya --> WHO Tak Sarankan Lockdown

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memberi wanti-wanti. Bukan tidak mungkin lonjakan kasus positif corona di banyak negara belum mencapai puncaknya, masih bisa lebih tinggi lagi.

"Kami mendorong kewaspadaan karena banyak negara sepertinya belum mengalami puncak varian Omicron. Banyak negara yang vaksinasinya masih rendah," tegas Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis Respons Covid-19 WHO, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, WHO tidak menyarankan negara-negara yang mengalami lonjakan kasus positif untuk mengambil langkah reaktif dengan karantina wilayah (lockdown) atau semacamnya. WHO hanya meminta agar berhati-hati jika ingin melonggarkan pembatasan sosial (social distancing).

"Kami meminta semua tetap waspada jika ingin melakukan pelonggaran. Sebab virus ini sangat dinamis," lanjut Van Kerkhove.

"Kami tidak menyarankan kembali ke lockdown. Namun semua negara wajib melindungi rakyatnya dengan segala cara, bukan hanya vaksinasi," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sejumlah negara Eropa sudah mulai mengendurkan pembatasan. Denmark dan Austria menjadi yang terbaru, mengikuti jejak Inggris, Irlandia, dan Belanda.

Wolfgang Mueckstein, Menteri Kesehatan Austria, menayatakan varian Omicron yang lebih mudah menular memang membuat kasus positif harian melonjak. Dia memperkirakan puncak kasus akan terjadi pada dua pekan mendatang di kisaran 35.000-40.000 orang dalam sehari.

Akan tetapi, Mueckstein menggarisbawahi bahwa beban sistem pelayanan kesehatan tidak separah saat serangan varian Delta tahun lalu. BOR jauh lebih rendah dibandingkan kala gelombang serangan varian Delta.

"Lockdown hanya bisa dibenarkan saat terjadi ancaman terhadap kapasitas sistem kesehatan," tutur Mueckstein, seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Puncak Penyebaran Omicron Indonesia Diramal Awal Februari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular