LPG Diganti Kompor Listrik, RI Bisa Hemat Puluhan Triliun!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
02 February 2022 16:25
Kompor Listrik (Image by congerdesign from Pixabay )
Foto: Kompor Listrik (Image by congerdesign from Pixabay )

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkapkan kekesalannya karena impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) RI terus meningkat setiap tahunnya, bahkan dalam jumlah yang sangat besar.

Jokowi menyebut, impor LPG Indonesia selama ini sangat besar bisa sekitar Rp 80 triliun dari kebutuhan Rp 100 triliun. Di sisi lain, pemerintah masih memberikan subsidi sekitar Rp 60-70 triliun per tahunnya.

Adapun volume impor LPG RI mencapai sekitar 6-7 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari kebutuhan nasional.

Namun demikian, ternyata Indonesia memiliki alternatif lainnya agar impor LPG bisa berkurang, dan Indonesia memperoleh penghematan hingga puluhan triliun per tahunnya, salah satunya yaitu melalui penggunaan kompor listrik/induksi.

Berdasarkan kajian PT PLN (Persero), bila ada pengalihan penggunaan LPG ke kompor induksi/listrik ini bagi 30 juta konsumen/rumah tangga, maka diperkirakan penghematan negara bisa mencapai Rp 27,3 triliun selama empat tahun ke depan, terdiri dari Rp 25,9 triliun dari penghematan impor LPG dan Rp 1,4 triliun dari net penghematan subsidi LPG dikurangi dengan penambahan subsidi listrik dengan adanya program kompor induksi ini.

Potensi penghematan tersebut dengan asumsi 10 juta keluarga beralih menggunakan kompor induksi pada 2022, lalu naik menjadi 20 juta pada 2023, dan 30 juta pada 2024.

Besarnya penghematan yang bisa diperoleh dari penggunaan kompor listrik ini membuat pemerintah menggalakkan program 1 juta kompor induksi. Namun, untuk program ini diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp 2,47 triliun.

Berdasarkan kajian Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), prioritas penerima bantuan program migrasi ke 1 juta kompor induksi ini adalah rumah tangga berdaya 900 VA dan 1.300 VA untuk meminimalkan kenaikan subsidi listrik.

Bila program migrasi ini efektif 100%, maka penurunan konsumsi LPG diperkirakan bisa mencapai 136.800 ton per tahun, lalu penghematan devisa bisa mencapai Rp 839 miliar per tahun, dan penurunan subsidi LPG sebesar Rp 779 miliar per tahun.

Tak hanya dari sisi anggaran negara, dari sisi konsumen, pemakaian kompor listrik juga bisa lebih menghemat pengeluaran dibandingkan menggunakan LPG.

Berdasarkan kajian PT PLN (Persero), konsumsi LPG rata-rata pelanggan golongan mampu atau yang memiliki daya listrik rumah tangga di atas 900 Watt sekitar 11,4 kg per bulan. Dengan asumsi harga LPG masih di kisaran Rp 7.000 per kg, sebelum adanya kenaikan pada Desember 2021 lalu, maka pengeluaran LPG di pelanggan rumah tangga ini mencapai sekitar Rp 136.800 per bulan atau sekitar Rp 1.641.600 per tahun.

Sementara bila menggunakan kompor induksi/listrik, dengan asumsi pemakaian 82 kilo Watt hour (KWh) per bulan dan tarif listrik pelanggan non subsidi Rp 1.445 per kWh, maka pengeluaran biaya untuk kompor listrik sekitar Rp 118.490 per bulan atau Rp 1.421.880 per tahun.

Artinya, dengan menggunakan kompor listrik, ada penghematan sebesar Rp 18.310 per bulan atau sekitar Rp 219.720 per tahun dibandingkan menggunakan kompor LPG.

Dengan harga LPG khususnya non subsidi kini yang telah naik sejak akhir Desember 2021 lalu, sementara tarif listrik masih tetap, maka artinya potensi penghematan menggunakan kompor induksi bisa menjadi lebih besar lagi.

Seperti diketahui, harga LPG non subsidi minimal tabung 12 kilo gram (kg) ini rata-rata naik sebesar Rp 1.600 - Rp 2.600 per kg menjadi Rp 11.500 per kg sejak Desember 2021 lalu.

Di pasaran kini harga LPG per tabung 12 kg tersebut bisa mencapai sekitar Rp 175 ribu - Rp 177 ribu. Bahkan, tak menutup kemungkinan di beberapa daerah ada yang lebih dari harga tersebut.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakai Kompor Setrum, Serapan Listrik Bisa Meningkat 13 GW

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular