'Kantor Rasa Kuburan' Okupansi Makin Tipis

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Senin, 31/01/2022 14:05 WIB
Foto: Suasana Aktivitas Warga Jakarta. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat okupansi kantor terus menurun dari dua tahun terakhir pandemi, sehingga terlihat banyak ruang kantor yang tidak terpakai atau 'kantor rasa kuburan'.

Colliers Indonesia mencatat okupansi kantor wilayah pusat bisnis (CBD) menurun 5% di kuartal-IV tahun 2021 dibandingkan tahun 2019, atau menjadi 78,4%.

Konsultan properti itu juga melihat banyak perusahaan yang mengurangi ruang kantor pada tahun 2021. Tercatat paling tidak terjadi penurunan 10 - 30% saat perusahaan mau memperbaharui kontrak sewanya.


"Bahkan ada yang memutuskan tidak melanjutkan kontraknya," tulis dalam riset, dikutip, Minggu (31/1/2022).

Meski, demand cukup meningkat 6 bulan terakhir dari perusahaan pertambangan, manufaktur, perdagangan, properti yang sedang mencari kantor baru.

Namun adanya beberapa gedung kantor baru yang selesai di tahun ini, akan semakin menekan tingkat okupansi gedung kantor.

"Tahun 2022 ini ada suplai yang besar dari gedung kantor di CBD (kawasan bisnis terpadu,-red) maupun luar CBD," jelas riset itu.

Tercatat paling tidak ada 350 ribu meter persegi tambahan ruang gedung baru di 2022. Menambah total kumulatif supply 6,96 juta meter persegi.

Sehingga dari grafik okupansi yang ditunjukkan Colliers terlihat okupansi terus menurun hingga 2023 berada di bawah 80%, dan baru mulai merangkak naik pada tahun 2024.

Foto: Ilustrasi Gedung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Kamis (20/9/2018). Lembaga riset properti Colliers International Indonesia dalam laporannya menyebutkan ada 500.000 ribu square meter lahan perkantoran baru yang siap disewakan di Jakarta hingga akhir 2018. Di mana 64% di antaranya berada di kawasan sentral bisnis atau Central Business Dictrict (CBD).Sayangnya, naiknya jumlah kantor tidak diikuti dengan kenaikan permintaan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kepala Riset Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Yunus Karim melihat ada penurunan okupansi perkantoran di kawasan CBD dan non CBD. Dari hasil risetnya penurunan mencapai 1,25% untuk di kawasan CBD dan non CBD sebesar 2% pada tahun 2021 dibanding 2020.

Yunus menjelaskan penurunan tingkat okupansi terjadi sejak 2015, dimana pasokan gedung saat itu sangat banyak. Dimana dari catatannya tingkat hunian dari 90% turun menjadi 70% pada tahun 2016.

"Okupansi juga semakin tertekan karena pandemi. Tapi kantor masih dibutuhkan, terlihat pencarian gedung meningkat," jelasnya.

Yunus memberi proyeksi pada tahun 2022 industri perkantoran bisa lebih baik, meski tambahan pasokan gedung akan menekan angka okupansi. Selain itu sejalan dengan pemulihan ekonomi perusahaan mengeksekusi strategi pengembangannya.

"Kita lihat 2021 banyak perusahaan meminimalisasi biaya sehingga menyebabkan delay ekspansi. Diharapkan 2022 perusahaan sudah berangsur eksekusi strategi ekspansinya," jelasnya Yunus.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Okupansi Merosot Efek Efisiensi, Gimana Cara Hotel Bertahan?