Petani Kopi Lampung Curhat Kesusahan Panen, Erick Mohon Maaf

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Minggu, 30/01/2022 16:30 WIB
Foto: Ilustrasi Erick Thohir (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menghadiri acara Launching PMO Kopi Nusantara dan Pelepasan Ekspor Kopi 2022 PT PPI, Minggu (30/1/2022). Dalam kesempatan itu, Petani Kopi Ulubelu Sapto Susilo mengeluhkan kesusahan petani kopi saat ini.

"Wilayah Ulubelu ada 10.800 hektare cuma panen kurang spektakuler karena bibit kopi varietas beda-beda, alat pertanian kurang bagus, pupuk juga telat," kata Sapto.

Selain itu, lanjut dia, petani juga merasakan kesulitan imbas pandemi Covid-19 lantaran pengolahan tanah butuh modal besar. Kesulitan lain adalah kekurangan alat jemuran kopi yang mumpuni.

"Paling kewalahan saat panen. Saya sedih jemuran kopi kita 15 cm tebalnya karena panen banyak gak punya penjemuran. Saya ke sini siapa tahu ada solusi jemuran canggih satu jam kering," katanya.

Ia berharap hasil kopi bisa maksimal dan dihargai mahal oleh pembeli.

"Kita mau punya kualitas kopi yang baik sehingga harga baik dan kantong jadi baik. Minimal sekolahkan anak," jelasnya.

Usai mendengar keluhan itu, Erick mengatakan Kementerian BUMN sedang berupaya mendorong program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur). Ini adalah program ekosistem yang memberikan kemudahan bagi petani.

"Ini kita coba sama-sama. Mohon maaf, kasih kita waktu paling tidak ini sudah ada titik cerah. Yang disampaikan tadi kita coba enam titik, kalau sudah enam titik bagus, lahan yang tadinya berapa ribu hektare nanti dibesarkan," kata Erick menanggapi.

"Insya Allah kita ketuk hati di menteri lain. Ada Menteri Koperasi, Menteri Pertanian untuk bersinergi memperbaiki produksi dari petani," lanjutnya.

Dia membandingkan dengan hasil produksi petani di Vietnam bisa mencapai lima ton untuk satu hektare lahan pertanian. Sementara di Indonesia hanya menghasilkan dua ton untuk satu hektare.

Selain itu, lanjut Erick, petani juga sangat kesulitan di mana sistem pengeringan juga menjadi masalah karena belum bisa menunjang hasil produksi yang maksimal. Petani juga harus meminjam permodalan dari tengkulak dengan bunga tinggi.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Danantara Mau Pangkas 888 Induk-Cucu BUMN Jadi 200 Perusahaan