
Siaga Perang! Warga Sipil Ukraina Jadi Tentara Cadangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina dilaporkan tengah menyiapkan pasukan tentara cadangan untuk melawan milisi Rusia. Seperti diketahui, Rusia dikabarkan akan menyerang Ukraina dan sebanyak ratusan pasukan Rusia sudah berada di perbatasan.
Gugup atas ancaman sekitar 120.000 tentara Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan dengan Ukraina, Kyiv telah meluncurkan pasukan Pertahanan Teritorial baru tahun ini, yang ingin dibangun menjadi korps hingga 130.000 orang.
Tiga pemuda asal Ukraina, selama sepekan berkumpul di sebuah lokasi konstruksi di pinggiran Kyiv berlatih sebagai tentara cadangan dan siap dipanggil jika terjadi perang negara tetangga dengan Rusia.
Ketiga pemuda yang dimaksud adalah Mykhaylo seorang pengacara, Alexander seorang programmer IT, dan Konstantin freelence dalam periklanan online.
Meskipun mereka mungkin memiliki sedikit peluang melawan tentara Rusia profesional yang jauh lebih besar dan lebih lengkap, pasukan cadangan seperti mereka dapat ditugaskan untuk melindungi situs sipil di Kyiv di tengah konflik apa pun.
Pelatihan pasukan cadangan Ukraina tersebut telah berjalan sejak pekan lalu. Sekira 70 penduduk setempat diketahui dilengkapi dengan infanteri lengkap dengan senapan berburu dan telah berpengalaman melakukan aksi tempur kala Rusia merebut Krimea pada 2014 silam.
Sementara orang lain, mengenakan sepatu kets dan pakaian olahraga kasual, dengan senapan kayu tiruan.
"Saya khawatir," ujar Konstantin Sevchuk, pekerja lepas berusia 43 tahun kepada Reuters seperti dikutip Minggu (30/1/2022).
Konstantin mengungkapkan bahwa sejauh ini dia menghindari kontak apa pun dengan militer setelah bertugas selama satu tahun di wilayah Donbass Timur pada 2014-2015.
"Itu tidak benar-benar cocok dengan hidup saya, saya tidak benar-benar menginginkannya. Tetapi sekarang situasinya sedemikian rupa sehingga dibutuhkan," ujar Konstatin lagi.
Sementara programmer IT Alexander telah berpengalaman dalam protes massa pro-demokrasi 'Maidan' pada 2013-2014 di Kyiv. Dia mengatakan tidak merasa siap untuk berperang ketika Moskow bereaksi terhadap penggulingan presiden pro-Rusia Ukraina dengan mencaplok Krimea.
"Sekarang saya berusia pertengahan 30-an dan saatnya saya bergabung," katanya, wajahnya ditutupi dengan syal biru. "Lebih baik bergabung sekarang daripada terlambat. Saya ingin bersiap-siap."
Terengah-engah setelah berkali-kali bangkit dan jatuh ke tanah yang tertutup salju dengan alat beratnya, Mykhaylo (39 tahun), sangat antusias untuk pergi bertarung.
"Kecenderungan saya terhadap kapal perang telah ada jauh sebelum perang. Sekarang sangat masuk akal untuk melakukannya," katanya selama latihan peragaan."
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Barat tidak menanggapi tuntutan keamanan utama Moskow dalam krisis di Ukraina tetapi dia siap untuk terus berbicara.
Sementara itu Barat telah mengancam Rusia dengan sanksi ekonomi yang berat jika menyerang Ukraina lagi.
Sementara Moskow bersikeras tidak menginginkan perang, ia juga menolak seruan untuk menarik pasukannya, dengan mengatakan mereka dapat mengerahkan mereka jika dianggap cocok di wilayahnya sendiri.
Valdimir mengutip tanggapan Barat sebagai bukti bahwa itu adalah target, bukan penghasut, agresi.
Sementara Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa intervensi militer mungkin dan akan segera terjadi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan bahwa terlalu banyak 'kepanikan' yang telah merugikan ekonomi 41 juta orang.
Untuk diketahui, pasukan cadangan yang disiapkan Ukraina tersebut berasal dari berbagai kalangan, dengan peralatan seadanya. Mulai dari Suzuki kecil hingga kendaraan 4x4 bahkan Tesla listrik.
"Saya ingin Ukraina yang berkembang secara damai," kata Konstantin. "Saya ingin itu menjadi negara damai yang berkembang, seperti Polandia, seperti Republik Ceko, seperti Jerman, seperti semua negara Eropa."
Mykhaylo mengatakan dia ingin anak-anaknya lahir dan menjalani hidup mereka di negara yang taat hukum dan demokratis. "Bahwa mereka tahu apa itu kebebasan dan siap untuk memperjuangkannya."
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Ancam Rusia Jika Invasi Ukraina