CNBC Insight

Cerita Raja Brunei yang Kaya, Pernah Utangi RI US$ 100 Juta

Petrik M, CNBC Indonesia
29 January 2022 13:30
Sultan Brunei/ REUTERS/Ahim Rani
Foto: Sultan Brunei Hassanal Bolkiah / REUTERS/Ahim Rani

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Raja Vajiralongkorn dari Siam, Sultan Hassanal Bolkiah menjadi raja nomor dua paling tajir di Asia Tenggara. Kekayaannya mencapai US$ 28 miliar atau setara dengan Rp 411 triliun.

Sultan Hassanal Bolkiah sendiri naik takhta pada 5 Oktober 1967, sebagai Sultan Brunei ke-29, pada usia 21 tahun. Kerajaannya kaya karena minyak dan gas bumi, setidaknya ketika masih menjadi daerah protektorat Inggris.

Beberapa raja di Kalimantan yang wilayahnya terdapat penambangan minyak bumi biasanya menjadi penguasa kaya. Seperti Sultan Sulaiman dari Kutai, yang namanya menjadi nama bandara di Balikpapan.

Terendusnya minyak di Brunei untuk pertama kali terjadi setelah minyak ditemukan di Kalimantan Timur. Majalah Pusaka Bilangan 15 (2007:31-33) menyebut pencarian minyak di Brunei sudah ada pada 1899, di Ayer Berkunchi, dekat Bandar Seri Begawan, namun hasilnya tak seperti yang diharapkan.

Pada 1908 usaha pencarian dilakukan di Jerudong terhenti setelah alat pengeboran rusak. Beberapa perusahaan asing, termasuk perusahaan Belanda dan tentu saja Inggris, keluar masuk Brunei untuk mencari minyak sebelum kelahiran Sultan Hassanal Bolkiah.

Shell pada 1926 masuk ke Brunei dan memeriksa beberapa lahan. Setelah kajian 6 bulan, pada 12 Juli 1928, pengeboran dimulai di Sungai Seria dan setelah 9 bulan, pada 5 April 1929, minyak akhirnya ditemukan.

British Malayan Petroleum Company Limited kemudian menambang minyak yang ditemukan tersebut. Ketika minyak ditemukan itu, yang sedang bertahta di Brunei adalah paman Hasannal Bolkiah, Sultan Ahmad Tajuddin.

Sultan kala itu masih remaja. Setelah Sultan Ahmad Tajuddin mati muda pada 1950, ayah Bolkiah, Sultan Omar 'Ali Saifuddien III naik tahta.

Di masa ayah Bolkiah ini, Pada 1957, penambangan minyak di Seria digantikan oleh Brunei Shell Berhad. Pada 1961, pasukan militer, Askar Melayu Brunei dibentuk kemudian berubah menjadi Askar Melayu Diraja Brunei.

Sultan Omar lalu mundur dan digantikan anaknya, Hasannal Bolkiah pada 1967. Setelah Brunei merdeka dari Inggris pada 1 Januari 1984, Askar Melayu Diraja Brunei berubah menjadi Angkatan Bersenjata Diraja Brunei.

Setelah Brunei merdeka, Sultan Bolkiah menjadi raja yang berhubungan baik dengan negara-negara di Asia Tenggara. Brunei Darussalam adalah negara yang cepat diterima sebagai anggota ASEAN.

Brunei adalah negara ke-6 dari perkumpulan negara Asia Tenggara yang anti-komunis itu. Sultan Brunei tak hanya sering berkunjung ke Indonesia, tapi juga menanamkan uang.

Retnowati Abdulgani Knapp dalam Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia Second Presedent (2007) menyebut Sultan Brunei pernah memberi pinjaman tanpa bunga sebesar US$100 juta ke Indonesia. Sultan Brunei sendiri punya beberapa aset usaha di luar negeri, termasuk di Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Raja Terkaya Dunia! No 1 Mengejutkan, Punya 20 Gundik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular