
Dari Rugi Rp 11,2 T, PLN Cetak Untung Rp 12,4 T di Q3-2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) berhasil membukukan keuntungan melalui laba periode berjalan pada kuartal III-2021 senilai Rp 12,4 triliun dari periode yang sama atau kuartal III-2020 yang mengalami kerugian hingga Rp 11,17 triliun.
Selain dari laba yang mengalami keuntungan itu, PLN juga berhasil mengerek naik pendapatan usaha di kuartal III-2021 menjadi Rp 269,8 triliun dari kuartal III-2020 yang hanya mencapai Rp 260 triliun.
Adapun naiknya pendapatan usaha itu ditopang oleh penjualan tenaga listrik, penyambungan pelanggan, subsidi listrik pemerintah hingga pendapatan kompensasi.
Tak hanya laba dan pendapatan yang mengalami kenaikan, dalam laporan keuangannya, PLN juga mencatatkan adanya kenaikan beban usaha sebesar Rp 237,3 triliun di kuartal III-2021 dibandingkan dengan kuartal III-2020 yang hanya mencapai Rp 226,4 triliun. adapun beban usaha paling tinggi didominasi oleh pembelian bahan bakar dan pelumas yang mencapai Rp 86 triliun pada kuartal III-2022.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR menyampaikan bahwa perusahaan pada akhir tahun 2021 telah berhasil menyusutkan utang perusahaan dari yang awal tahun 2021 mencapai Rp 450 triliun, dan saat ini menjadi hanya Rp 430 triliun saja.
"Kami memiliki utang Rp 450 triliun di awal tahun lalu. Lalu selama setahun kami mengurangi utang Rp 20 triliun. Jadi disini, kondisi covid, kami mengelola utang kami dari 450 jadi Rp 430-an triliun," terang Darmawan, Rabu (26/1/2022).
Darmawan buka suara terkait dengan upaya perusahaan menurunkan beban utang itu. Diantaranya adalah, PLN melakukan efisiensi operasi dan investasi. Yang mana Capital Expenditure (Capex) perusahaan bisa diturunkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dalam pengembangan EBT.
"Kami menekankan kolaborasi baik secara kebijakan, bisnis, teknis dan operasional," ungkap Darmawan.
Salah satu dorongan lainnya dalam menurunkan utang itu diantaranya, kata Darmawan, dengan memperbaiki revenue model dan meningkatkan electrifying lifestyle. Sehingga beban listrik mengalami penurunan hingga 3 Giga Watt (GW).
"Dalam proses ini kami lakukan strategi marketing sehingga revenue bisa stabil. Lalu, dalam perubahan iklim kami kembangkan ESG. Dalam proses itu, kami harus bebenah diri. Kami mengembangkan sistem digitalisasi," terang Darmawan.
"Proses bisnis yang kompleks, pembayaran 4-5 bulan itu bukan lagi doing bussines. Tapi ini sistem ekosistemnya tidak baik, kami bongkar dan kami sederhanakan. Sehingga doing bussines nya dengan PLN yang kondusif ke depannya," tandas Darmawan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Catat Penurunan Durasi dan Frekuensi Gangguan di 2024