Malapetaka Impor LPG: Utang Negara Bengkak, Rupiah Lemah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 January 2022 06:20
Pekerja melakukan sejumlah tahap pengisian LPG pada tabung 3 Kg di SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji), Srengseng, Jakarta, Senin (15/11/2021).  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan sejumlah tahap pengisian LPG pada tabung 3 Kg di SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji), Srengseng, Jakarta, Senin (15/11/2021). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Itu dari sisi APBN. Impor LPG juga membawa dampak negatif bagi neraca lain, yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

NPI mencakup aliran devisa yang datang dan pergi dari Ibu Pertiwi. Satu pos di NPI yang mendapat sorotan adalah transaksi berjalan alias current account.

Transaksi berjalan menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi fundamental penting bagi stabilitas nilai tukar. Sebab devisa dari ekspor-impor lebih berjangka panjang ketimbang investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money.

Di dalam transaksi berjalan, ada komponen neraca migas (yang tentunya mencakup LPG). Nah, neraca ini hampir selalu defisit. Indonesia tekor saat berdagang migas, lebih banyak impor ketimbang ekspor.

Terakhir, posisi neraca migas defisit US$ 2,89 miliar pada kuartal III-2021. Kali terakhir neraca migas membukukan surplus adalah pada kuartal III-2011.


"Ekspor gas (termasuk LPG) pada triwulan III-2021 tumbuh 15,1% (qtq) menjadi US$ 1,8 miliar, sedikit melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 16,1%. Secara tahunan, ekspor gas terakselerasi dengan tumbuhh sebesar 70,3% (yoy), lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 30,9% (yoy). 

"Sementara itu impor gas pada triwulan III-2021 tercatat sebesar US$ 1,2 miliar atau terakselerasi 112,4% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan capaian triwulan sebelumnya sebesar 52,9% (yoy). Secara triwulanan, impor gas juga mencatat pertumbuhan positif dari sebelumnya terkontraksi 1,1% (qtq) menjadi tumbuh 28% (qtq) pada triwulan III-2021. Peningkatan impor gas pada triwulan III-2021 tersebut sejalan dengan lebih tingginya konsumsi gas domestik dan penurunan lifting," papar laporan Bank Indonesia (BI).

npiSumber: BI

Defisit di neraca migas membuat transaksi berjalan lebih sering minus ketimbang surplus. Sejak 2012, transaksi berjalan cuma tiga kali membukukan surplus.

Halaman Selanjutnya --> Indonesia Diserang Defisit Kembar

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular