Orang RI Rakus Makan Mi Instan, Untung Besar Jualan di Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2022 12:25
A worker holds instant noodle packs at a market in Jakarta, Indonesia, March 12, 2018. Picture taken March 12, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: REUTERS/Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Mi instan sudah menjadi makanan pokok bagi bangsa Indonesia, selain nasi. Entah itu pagi, siang, sore, malam, makan sahur, mi instan adalah salah satu opsi yang dipertimbangkan untuk disantap.

Menurut World Instant Noodles Association (WINA), Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbanyak di dunia pada 2020 dengan 12,64 miliar bungkus. Hanya kalah dari China (termasuk Hong Kong) yang mengonsumsi 46,35 miliar bungkus.

Mi instan asal Indonesia pun sudah mendunia. Pada 11 bulan pertama 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor mie instan (HS 19023040) Indonesia adalah US$ 227,09 juta.

Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor mie instan. Namun lebih sedikit dibandingkan ekspor sehingga neraca mi instan Indonesia surplus.

Meski begitu, kecanduan rakyat Indonesia terhadap mi instan bisa menjadi bumerang. Selain (katanya) berdampak negatif bagi kesehatan, perlu diingat bahwa bahan baku utama pembuat mi instan tidak diproduksi di dalam negeri. Harus diimpor.

Bahan utama untuk membuat mi instan adalah tepung terigu. Tepung terigu dibuat dari gandum. Gandum tidak tumbuh di Indonesia. Pada 11 bulan pertama 2021, impor tepung gandum (HS 046) tercatat US$ 10,53 juta.

Akan tetapi, nilai impor tepung terigu ternyata masih di bawah pencapaian ekspor mi instan. Oleh karena itu, Indonesia benar-benar cuan berdagang mi instan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Duh! Negara Ini Pening Gegara Harga Mie Instan Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular