Singapura Ubah Metode Pelaporan Kasus Covid, Loh Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura memprediksikan jumlah infeksi harian COVID-19 akan mengalami peningkatan. Adapun Kementerian Kesehatan Singapura memutuskan untuk menggolongkan jumlah kasus Protokol 2 dalam laporan harian kasus COVID-19.
Kasus Protokol 2 adalah individu yang sehat dan dinyatakan positif atau dinilai oleh dokter memiliki kondisi ringan. Kasus-kasus ini tidak termasuk dalam pelaporan terkini infeksi COVID-19 harian oleh Kementerian Kesehatan.
Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan bahwa melaporkan jumlah kasus Protokol 2 akan memberikan gambaran lebih baik tentang situasi epidemi di Singapura dan bagian mana dari kurva yang dihadapi. Dia mencatat, varian Omicron memiliki gejala yang kurang parah dibandingkan varian Delta.
Akibatnya, kasus Protokol 2 mengalami peningkatan menjadi sekitar 400 hingga 500 kasus per hari minggu lalu, dan lebih dari 1.000 kasus per hari minggu ini. Namun, Ong menunjukkan bahwa angka ini masih belum mewakili gambaran lengkap tentang situasi COVID-19 di Singapura.
"Ini karena banyak kasus tanpa gejala dan gejala yang sangat ringan tetap tidak terdeteksi, dan yang lain mungkin memilih untuk mengetes sendiri dan mengelola sendiri Protokol 2, yang juga tidak mungkin untuk ditangkap," katanya dikutip dari dari CNA, Jumat (21/1/2022).
"Ini adalah kasus selama gelombang Delta dan sekarang lebih jelas dengan gelombang Omicron karena umumnya penyakit yang lebih ringan," lanjut Ong.
Dengan memasukkan jumlah kasus Protokol 2 dalam laporan harian Kementerian Kesehatan, maka akan ada dua set angka yang dilaporkan dalam setiap harinya. Pertama adalah untuk infeksi berdasarkan tes PCR, sedangkan lainnya adalah untuk kasus Protokol 2.
"Kami akan memundurkan angka menjadi 6 Januari ketika dokter mulai meminta Protokol 2 untuk tujuan menghitung jumlah total infeksi di Singapura, serta peningkatan jumlah infeksi dari minggu ke minggu. Dengan metode baru ini, peningkatan kasus dari minggu ke minggu sebagian besar tidak berubah dibandingkan sekarang di sekitar 2,5 kasus," kata Ong.
Ong menjelaskan, dulu dokter dokter umum hanya bisa memutuskan pasien sebagai kasus Protokol 1 ketika pasien dinyatakan positif dan tidak sehat. Dalam kasus Protokol 1, pasien akan ditempatkan pada program pemulihan di rumah selama 10 hari atau dikirim ke fasilitas medis, seperti rumah sakit atau fasilitas perawatan COVID.
Adapun saat ini Kementerian Kesehatan telah mengubah durasi pemulihan di rumah untuk kasus Protokol 1 menjadi tujuh hari. Metode pelaporan tersebut, kata dia, cukup efektif.
"Apakah seseorang menjalani Protokol 1 dengan pemulihan rumah tujuh hari atau Protokol 2 dengan periode isolasi mandiri 72 jam, harus bergantung pada profil risiko dan tingkat keparahan gejala pasien, dan bukan apakah pasien memutuskan untuk menemui dokter umum atau melakukan tes mandiri," tegas dia.
Lebih lanjut, Ong mengatakan, dengan vaksinasi gejala varian Omicron menjadi lebih ringan.
"Angka infeksi garis atas ini sebagian besar terdiri dari orang-orang yang divaksinasi, yang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, yang dari sudut pandang kesehatan masyarakat bukanlah sesuatu yang harus kita khawatirkan secara berlebihan," katanya.
Ong mengatakan bahwa menurut para ahli saat ini masyarakat Singapura sudah mulai hidup berdampingan dengan COVID-19. Sampai saat ini, kurang dari 0,3% dari 12.078 orang di Singapura yang dikonfirmasi terinfeksi Omicron membutuhkan suplementasi oksigen. Sebagai perbandingan, 0,8% membutuhkan oksigen untuk pasien yang terinfeksi varian Delta.
Menurut dia, Kementerian Kesehatan juga akan berhenti membedakan antara infeksi Omicron dan non-Omicron dalam laporan kasus harian COVID-19 di Singapura. Hal ini karena Omicron telah mendominasi gelombang kasus COVID-19 saat ini.
"Ini adalah perubahan dalam definisi kasus dan bagaimana statistik dikompilasi. Pada kenyataannya, cara kita menjalani hidup dan merespons penyakit ini, tidak ada yang berubah. Jadi itu tidak mengubah situasi epidemi yang sebenarnya kita alami selama beberapa minggu terakhir, "katanya.
"Kami telah hidup dengan COVID-19 dan varian Omicron dengan cukup hati-hati dan tenang, dengan postur yang tidak terlalu dibatasi, di mana kami dapat bertemu dalam kelompok sebanyak lima orang. Jadi sikap ini tidak boleh berubah karena penyesuaian definisi kasus dan metode pelaporan," ujar dia.
(mij/mij)