Belajar dari London, Ibu Kota Baru Inggris yang Sukses Besar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan akhir-akhir ini ramai diperbincangkan. Pasalnya, sebelum Indonesia mengambil langkah ini, pemindahan ibu kota sempat dilakukan oleh beberapa negara.
Salah satu negara yang pernah memindahkan ibu kotanya adalah Inggris. Mungkin sebagian tak percaya bahwa London bukanlah ibu kota Inggris sejak lama.
Dalam sejarahnya, Inggris atau Britania Raya mengalami beberapa transisi ibu kota. Sebelumnya ibu kota kerajaan berada di Winchester hingga tahun 1026.
Pemindahan dilakukan dari Winchester ke London dimotori oleh banyaknya institusi pemerintahan yang memutuskan untuk berkantor di wilayah Westminster, masih bagian dari London. Pasalnya, waktu itu, London sudah menjadi pusat pelabuhan dan ekonomi yang cukup padat serta banyak urusan kenegaraan yang harus dilakukan di kota itu.
Karena situasi ini, London dengan cepat menjadi kota paling berkembang di Eropa. Pada 1650, kota yang terletak di bibir Sungai Thames itu menarik lebih dari 8.000 imigran per tahun.
Dengan kepadatan ini, muncul beberapa lembaga keuangan yang diprakasai serikat pekerja dan juga saudagar asing untuk melobi penguasa demi memberikan lingkungan bisnis yang baik bagi kegiatan usaha. Salah satunya adalah Liga Hanseatic dan juga beberapa saudagar Prancis.
Timbulnya lingkungan bisnis yang mendukung dari ini nyatanya membuat London semakin diminati para pebisnis. Pada abad ke-18, pemerintah Inggris ikut mendirikan institusi seperti Bank of England, Lloyds of London, dan London Stock Exchange di kota itu dengan harapan menunjang kebutuhan kolonialnya di Asia Selatan.
Perkembangan London sebagai pusat ekonomi baru pun membuat pemerintah Inggris semakin melepas pengaruhnya dalam dunia usaha yang dijalankan dari kota itu. Negara itu bahkan mendorong banyaknya liberalisasi pasar dan privatisasi demi mendorong sektor usaha.
Pembukaan pasar dan iklim ramah investor ini membuat London menjadi salah satu pusat keuangan dunia. Setara dengan New York di Amerika Serikat (AS).
"Kota London telah dibebaskan dari tahanannya, pemerintah Inggris, dan mengambil kesempatan untuk menumbuhkan, mendiversifikasi, dan meningkatkan pelanggan dari perusahaan di seluruh dunia di era baru pasar bebas dan globalisasi," ujar pakar ekonomi di media The Boar, Fatima Patel, dikutip Jumat (21/1/2022).
Meski begitu, kota ini masih mendapatkan tantangan ke depan. Krisis keuangan 2008 misalnya, menggulung beberapa bank. Belum lagi pilihan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit.
"Kota London, yang pernah menjadi kota wirausaha dan demokratis yang bebas dari intervensi kerajaan dan berdiri di atas kakinya sendiri, berada di bawah lututnya dan berada di bawah belas kasihan pemerintah," katanya lagi.
Sementara itu, di Indonesia, pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut pemindahan ibu kota ini sebagai bagian dari pemerataan sosial ekonomi. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa, bahkan mengatakan pemindahan ini akan menciptakan pusat ekonomi baru di luar Jakarta dan Pulau Jawa.
"Pemindahan ibu kota ke Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, keunggulan daerah, dan kesejahteraan. Dengan visi lahirnya pusat gravitasi ekonomi baru di tengah nusantara," pungkasnya.
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! London Dalam Status "Insiden Besar", Ada Apa?
