Dear Pengusaha, Mau Kemacetan di Priok Terurai? Ini Solusinya

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
21 January 2022 11:20
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan CNBC Indonesia dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli.
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengungkapkan, dalam 5 tahun terakhir, kemacetan di jalur pelabuhan Tanjung Priok masih terus jadi momok. Padahal, sejumlah infrastruktur telah dibangun di sekitar pelabuhan.

Untuk itu, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengusulkan solusi untuk mengurai kemacetan di jalur pelabuhan Tanjung Priok. Yang juga dapat menguntungkan bagi pengusaha.

"Pengusaha kawasan industri bisa membangun logistic park di kawasannya. Dilengkapi dengan garasi untuk truk. Pengelola depo kontainer bisa memanfaatkan kawasan logistik itu. Sehingga, ketika ada pengiriman, truk bisa mengambil kontainer kosong yang ada di kawasan, lalu isi muatan, selanjutnya dibawa ke pelabuhan. Tentu, dengan cara ini, biaya operasional pengangkutan akan lebih hemat dari pada macet," kata Setijadi kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/1/2022).

Dengan menambah investasi membangun depo kontainer, kata dia, akan berdampak strategis bagi pengusaha kawasan industri.

"Katakan ada sekitar 30 kawasan industri di Jawa Barat. Kalau 5 saja membangun logistic park dilengkapi depo kontainer, ini akan jadi keunggulan bagi 5 kawasan tersebut. Dan akan menaikkan minat tenant, artinya okupansi di kawasan akan naik," ujarnya.

Truk Muat Tanjung Priok (CNBC Indonesia)Foto: Truk Muat Tanjung Priok (CNBC Indonesia)
Truk Muat Tanjung Priok (CNBC Indonesia)

Setijadi menambahkan, langkah tersebut lebih memungkinkan dilakukan dari pada menyuruh pengelola depo kontainer memindahkan lokasinya ke kawasan industri.

"Investasinya tentu akan lebih mahal dan memberatkan. Dari segi investasi lahannya saja sudah besar. Karena menyangkut areal yang luas di kawasan komersial. Pasti akan mahal dan pengusaha pengelola depot akan enggan. Tapi kalau fasilitas ini ada di kawasan industri kan lebih baik dan jadi solusi atasi kemacetan," kata dia.

Sebab, imbuh dia, lalu lintas dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok yang dipadati truk bolak-balik membawa muatan dan mengambil kontainer kosong adalah pemicu kemacetan.

"Akibatnya biaya logistik mahal, dikenakan ke barang, daya saing barang turun. Dan, sumbangan sektor terlihat besar bagi PDB, tapi akibat biaya yang tidak perlu atau inefisiensi. Tentu ini negatif bagi PDB," kata Setijadi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Fenomena Pelabuhan Priok Makin Macet, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular