Taksonomi Hijau adalah Masa Depan Indonesia! Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 20/01/2022 13:25 WIB
Foto: PTIJK 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Kesadaran akan krisis iklim semakin tinggi. Tren ini membuat dunia berlomba untuk membuat dunia lebih baik sehingga bisa diwariskan kepada generasi mendatang.

Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah emisi karbondioksida. Target yang ingin dicapai adalah menurunkan emisi karbon sebanyak 41% pada 2030 dibandingkan level pada 2010. Target selanjutnya adalah mencapai netral karbon pada 2060.

Namun bagaimanapun berbagai negara masih dalam fase membangun. Proses pembangunan itu kadang berdampak kepada lingkungan, salah satunya meninggalkan jejak karbon.


Agar tidak menghambat pembangunan, diperkenalkan sebuah konsep yang disebut perdagangan karbon (carbon trading). Intinya, perdagangan karbon adalah jual-beli kredit yang membuat sebuah entitas diizinkan untuk memproduksi emisi karbon.

Indonesia adalah salah satu negara berstatus paru-paru dunia. Indonesia memiliki luasan hutan hujan (rain forest) terbesar ketiga dunia, hanya kalah dari Brasil dan Republik Demokratik Kongo.

Bekal itu membuat Indonesia punya banyak kredit karbon. Nah, kredit itu bisa diperdagangkan kalau ada perusahaan di negara lain yang membutuhkan.

Contoh, perusahaan dari China ingin membangun pabrik baru. Setelah dilakukan kajian, pabrik itu akan menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tertentu. Agar bisa melanjutkan pembangunan, perusahaan China tersebut harus membeli kredit karbon terlebih dulu, yang bisa didapatkan dari Indonesia.


(aji/aji)
Pages