Sejarah Bos Texmaco, Raja Tekstil yang Asetnya Dilelang BLBI

Petrik Matanasi, CNBC Indonesia
Kamis, 20/01/2022 13:46 WIB
Foto: Cover Insight/ Textil/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Aset Grup Texmaco disita Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan hendak dilelang pemerintah. Menkopolhukkam Mahfud MD menyebut, aset yang disita dari Grup Texmaco nilai total diperkirakan mencapai Rp 5,2 triliun untuk beberapa lelang.

Bos Texmaco adalah Marimutu Sanivasan. Dalam bisnis keluarganya, Sanivasan bukanlah yang pertama kali bisnis kain, tapi justru ayahnya.

"Ayahnya, Sinnaja Marimutu, yang terlibat dalam perdagangan batik dengan Malaya, pindah dari Medan ke Jawa Tengah selama masa konfrontasi dengan Malaysia pada 1960-an," tulis Yasutani Shimpmura dalam The Role of Governance in Asia (2003:116).


Marimutu Sanivasan sendiri kelahiran Medan 17 Januari 1937 dan pernah kuliah di Universitas Islam Sumatra Utara. Dia lebih banyak bekerja di masa mudanya ketimbang berada di dalam kelas.

Sedari muda dia sudah terjun bisnis tekstil, setidaknya sejak 1958, setelah memperdagangkannya dia lalu membangun produksi tekstilnya. Dia hijrah ke Jakarta pada 1960 dan dua tahun berikutnya dia berbisnis di Pekalongan.

Di Pekalongan, pada 1962 Marimutu mendirikan usaha pintal benangnya, firma Djaya Perkasa. Nama usahanya setelah 1970 adalah Textile Manufacturing Company (Texmaco).

Marimutu Sanivasan berhasil membeli pabrik batik di Batu pada tahun 1972 dan asetnya terus bertambah di beberapa kota. Tekstilnya tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga luar negeri.

Selain tekstil, bisnis Texmaco kemudian merambah ke bidang otomotif juga.

Marimutu Sanivasan berjaya di zaman orde baru. Presiden Soeharto kemudian mengenalnya.

"Kami berkenalan pada Februari 1993, ketika Presiden Soeharto membuka dan meresmikan pabrik Texmaco di Karawang, Jawa Barat," aku Marimutu Sanivasan dalam Pak Harto: The Untold Stories (2011:237).

Dua bulan setelahnya, secara pribadi, Marimutu Sanivasan diundang Soeharto ke kantornya. Dimana Soeharto menganjurkan padanya agar memproduksi sendiri komponen mesin di Indonesia.

Satu dekade sebelumnya, dirinya sudah dikenal Menteri Perindustrian Ir Hartarto. Sanivasan mengaku dia didorong mengekspor tekstil dan membangun industri mesin.

Marimutu Sanivasan adalah bendahara Golongan Karya. Di masa kepresidenan Soeharto, Sanivasan menerima kredit dari BNI, yang belakangan menjadi kredit macet. Hingga kemudian disita BLBI.

Dua bulan sebelum Soeharto lengser pada 1998, Soeharto sempat meresmikan pabrik Texmaco Perkasa di Karang Mukti, Subang. Nama Perkasa pada usaha Sanivasan itu berasal dari Soeharto.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: KKI 2025, Wujudkan Mimpi UMKM Naik Kelas & Tembus Pasar Global