Internasional

Duterte Beli Rudal US$ 375 Juta dari India, Buat Apa Ya?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
15 January 2022 20:40
CORRECTS CITY TO DAVAO INSTEAD OF MANILA - In this photo provided by the Malacanang Presidential Photographers Division, Philippine President Rodrigo Duterte gestures as he meets members of the Inter-Agency Task Force on the Emerging Infectious Diseases in Davao, Philippines, Monday, June 21, 2021. The Philippine president has threatened to order the arrest of Filipinos who refuse COVID-19 vaccination and told them to leave the country for hard-hit countries like India and the United States if they would not cooperate with massive efforts to end the pandemic. (Simeon Celi/Malacanang Presidential Photographers Division via AP)
Foto: AP/Simeon Celi

Jakarta, CNBC Indonesia - Filipina membeli rudal misil anti kapal dari India seharga US$ 375 juta untuk mempersenjatai Angkatan laut. Hal ini diungkapkan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (15/1/2022), Saat ini Filipina sedang berada pada tahap akhir dari lima proyek senilai 300 miliar peso atau setara US$ 5,85 miliar untuk memodernisasi persenjataan militer yang sudah ketinggalan jaman.

Melihat saat ini Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista) sudah berumur. Dimana kapal perang sudah digunakan dari perang dunia kedua, dan jenis helikopter yang digunakan Amerika Serikat dalam perang Vietnam.

Berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan dengan pemerintah India, Brahmos Aerospace Private Ltd akan mengirimkan tiga baterai, operator kereta api dan pengelola, dan memberikan dukungan logistik.

Delfin Lorenzana mengatakan dalam sebuah postingan Facebook, itu adalah konseptualisasi pada 2017, tetapi menghadapi penundaan alokasi anggaran dan karena pandemi Covid - 19.

Sistem anti - kapal yang baru bertujuan untuk mencegah kapal asing memasuki zona ekonomi eksklusif sepanjang 200 mil laut negara itu.

Sebelumnya, pada 2018 Filipina membeli rudal Spike ER buatan Israel, sistem rudal pertama yang dibawa kapal untuk pencegahan maritime.

Hubungan antara China dan Filipina sempat memanas di bawah kepemimpinan presiden Rodrigo Duterte yang tetap bersikeras mengklaim sebagian besar laut china selatan. Setiap tahun jalur pengiriman barang mencapai US$ 3,4 triliun setiap tahun.

Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengajukan klaim atas laut china selatan. Namun putusan arbitrase internasional 2016 mengatkan klaim China tidak memiliki dasar hukum.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Presiden Duterte Nyalon Wapres Filipina di 2022, Lo Kok Gitu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular