
'Bukan Gelombang, Omicron Sebabkan Tsunami Covid-19 di AS'

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) akibat virus corona varian Omicron bukan lagi gelombang biasa. Mantan Direktur Centers for Disease Control and Prevention atau CDC Tom Frieden menilai penggunaan 'frasa' tsunami terhadap fenomena itu lebih tepat.
"Omicron menyebabkan tsunami, bukan gelombang, dari infeksi di AS," tulis Frieden dalam utasnya di Twitter, dikutip Sabtu (15/1/2022).
Frieden mengatakan, keparahan akibat varian Omicron memang tidak sebesar Delta. Terutama pada orang yang telah mendapatkan vaksinasi serta dosis booster.
Omicron juga menyebabkan lonjakan kasus Covid-19. Namun ini juga diikuti dengan penurunan kasus yang cepat juga, salah satunya terjadi di Afrika Selatan.
Namun demikian, Frieden tetap mengingatkan ada peningkatan pada perawatan pasien di rumah sakit, ICU hingga kematian. Khususnya mereka yang tidak divaksinasi.
"Ini bisa terus meningkat dalam beberapa minggu," jelasnya.
Mengutip data CDC, Frieden mengatakan tingkat positif tes mencapai 29%, sebuah persentase yang sangat tinggi. Angka penularan akibat Omicron juga sangat tinggi di AS.
"Hampir 1 dari 10 orang di negara ini sekarang kemungkinan terinfeksi Covid-19," ungkap Frieden.
Dia juga mendukung rekomendasi SDC soal penyesuaian isolasi dan karantina sebelum kasus Covid-19 Omicron mulai terlalu banyak.
Frieden juga menyinggung soal anggapan orang membandingkan Covid-19 dengan flu. Padahal ada flu yang mampu membunuh 50 ribu orang per tahun dan membanjiri rumah sakit saat terjadi musim flu.
"Selama 18 bulan terakhir, keliru membandingkan dampak Covid-19 dengan flu. Dengan Omicron dan vaksin, perhitungan telah berubah. Namun kita masih perlu melihat gambaran secara lengkap. Kita tidak boleh mengabaikan masalah nyata yang dihadapi," ungkapnya.
Mengutip data Worldometers, total kasus Covid-19 di AS sudah mencapai 66 juta. Terbaru, ada 915 ribu kasus baru di mana lebih dari 2.600 orang meninggal.
(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Puji Tuhan! Amerika Bawa Kabar 'Melegakan' Baru soal Omicron