Ada Kabar Holding BUMN Geothermal Batal, Ini Update IPO PGE!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
13 January 2022 13:30
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). (Dok. PGE)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). (Dok. PGE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membentuk Holding BUMN Geothermal (Panas Bumi) dikabarkan menemui kendala, dan tidak bisa direalisasikan.

Berdasarkan sumber CNBC Indonesia, batalnya rencana pembentukan Holding BUMN Geothermal ini dikarenakan adanya kompleksitas terkait konsolidasi aset-aset geothermal yang ada saat ini.

"Rencana Holding BUMN Geothermal batal, karena terkait konsolidasi aset-aset geothermal," ucap sumber CNBC Indonesia, dikutip Kamis (13/01/2022).

Seperti diketahui, Kementerian BUMN sebelumnya menargetkan tiga BUMN di bidang panas bumi akan dimerger dan diintegrasi menjadi Holding BUMN Geothermal yang semula direncanakan bernama Indonesia Geothermal Energy.

Ketiga BUMN yang akan dimerger tersebut yaitu PT Pertamina Geothermal Energy, unit usaha PT Pertamina (Persero) di bidang geothermal, PT PLN Gas & Geothermal, anak usaha PT PLN (Persero), dan PT Geo Dipa Energi (Persero).

Adapun yang digadang-gadang untuk menjadi pemimpin di Holding BUMN Geothermal ini yaitu PT Pertamina Geothermal Energy.

Menanggapi kabar ini, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pun buka suara. Muhammad Baron, Corporate Secretary PGE, mengatakan bahwa pengembangan bisnis geothermal di Indonesia memang diharapkan adanya sinergi antar usaha yang sama.

"PGE melakukan kajian atas upaya dimaksud dan menyampaikan ke shareholder. Kajian dimaksud bisa jadi salah satu untuk dasar shareholder mengambil keputusan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/01/2022).

Menteri BUMN, Erick Thohir, pada 30 Juli 2021 kepada CNBC Indonesia pernah mengatakan bahwa pembentukan Holding BUMN Geothermal ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan perusahaan dan bisa melakukan aksi korporasi, seperti melakukan penawaran umum saham (initial public offering/IPO) di pasar modal.

Selain itu, peningkatan pendapatan dari penggabungan ini juga diharapkan bisa membuat perusahaan terus melakukan ekspansi sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, juga sempat mengatakan Kementerian BUMN menargetkan PGE akan melantai di bursa saham Indonesia (IPO) pada 2022 ini.

Pahala mengatakan, penjualan saham perdana anak usaha BUMN di pasar modal ini ditujukan untuk memberikan akses permodalan dan memberikan kesempatan untuk mendorong inovasi kinerja yang lebih baik bagi BUMN.

"Ini akan dieksplorasi melalui dua anak usaha BUMN tahun ini. Yang kita sudah rencanakan pertama adalah untuk sektor telekomunikasi melalui Mitratel dan melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE) atau Indonesia Geothermal Energy," kata Pahala dalam Economic Update CNBC Indonesia, Rabu ini (14/7/2021).

Lantas, bagaimana kelanjutan dengan rencana penawaran saham publik perdana (Initial Public Offering/ IPO) dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ini? Apakah rencana IPO bakal tetap dilanjutkan meski batal menjadi Holding BUMN Geothermal?

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, mengungkapkan progres dari IPO PGE ini. Dia mengatakan, IPO PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ini ditargetkan tetap akan bisa berjalan pada semester I-2022 ini.

Dia menyebut, target dana yang terkumpul dari IPO ini bisa mencapai US$ 400 juta hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).

Menurutnya, rencana IPO PGE ini tetap dijalankan karena seiring dengan rencana pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia, terutama panas bumi yang masih besar untuk dikembangkan.

"Menurut kami geothermal punya potensi untuk dikembangkan. Salah satu caranya yaitu ingin meng-IPO-kan PGE ini agar dana yang terkumpul bisa buat pengembangan geothermal," ucapnya, dikutip Kamis (13/01/2022).

"Insya Allah, IPO PGE ini ditargetkan bisa di semester I-2022, targetnya bisa diregistrasi di Maret, lalu IPO-nya di bulan Juni 2022 mungkin," tuturnya.

Pahala menyebut, dana yang terkumpul dari IPO PGE itu nantinya bisa digunakan untuk menambah sekitar 672 Mega Watt (MW) PLTP dalam tiga sampai empat tahun ke depan.

Pahala mengatakan, biaya produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) masih dikatakan lebih kompetitif bila dibandingkan dengan rata-rata biaya pembangkit berbasis EBT lainnya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang perlu menggunakan baterai.

Bila PLTS yang menggunakan baterai paling murah sekitar 12 sen dolar, sementara biaya PLTP bisa sekitar 7,5 sen sampai 8 sen dolar.

Berdasarkan data PGE, kapasitas terpasang PLTP PGE saat ini mencapai 1.877 Mega Watt (MW), terdiri dari yang dikelola bersama dengan perusahaan lain (Joint Operation Contract/ JOC) sebesar 1.205 MW dan 672 MW yang dikelola sendiri oleh PGE.

Pada 2030, berdasarkan rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), PGE menargetkan kapasitas terpasang PLTP yang dikelola sendiri oleh PGE naik menjadi 1.540 MW dari saat ini 620 MW. Bila digabung dengan JOC, maka artinya total kapasitas terpasang PLTP pada 2030 menjadi 2.745 MW.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular