Fenomena 'Seram' Mal-Mal Kosong Bak Kuburan, Lanjut di 2022?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
10 January 2022 15:50
Suasana Blok M mall (CNBC Indonesia/Amndrean Kristianto)
Foto: Suasana Blok M mall (CNBC Indonesia/Amndrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 2021 kemarin banyak peritel yang menutup bisnisnya di pusat perbelanjaan atau mal terimbas pandemi. Nama-nama besar yang terdampak sebut saja seperti supermarket Giant, Centro, Matahari, hingga banyak restoran, dan toko merek kecil lainnya.

Kondisi ini membuat banyak ruang sewa di pusat perbelanjaan atau mal banyak yang kosong. Mal-mal di DKI Jakarta, sebagian ada yang terpantau sepi dari tenant maupun punghujung hingga akhir 2021 lalu.

Apakah akan berlanjut di tahun ini?

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja tidak menampik tahun 2021 adalah tahun yang berat. Namun pandangannya pada tahun ini lebih cerah dari tahun lalu, karena penanganan pandemi yang lebih baik.

Plaza Semanggi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)Foto: Plaza Semanggi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Plaza Semanggi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

"Saat ini penyewa sudah mulai semangat lagi, kepercayaan sudah pulih untuk kembali membuka usaha baru karena tren tingkat kunjungan mal meningkat sejak pemerintah memberlakukan pelonggaran mulai awal Agustus 2021 lalu," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Senin (10/1/2022).

Dia melihat tren perbaikan akan terjadi pada tahun 2022 ini, dimana dari beberapa indikator menunjukkan sentimen positif. Mulai dari angka vaksinasi sudah mencapai 100 juta penduduk lebih, dan pemerintah menargetkan 70% populasi di RI sudah tervaksin lengkap pada Maret atau April 2022.

"Vaksinasi booster juga mau dimulai ini menjadi faktor positif yang akan mendorong pemulihan usaha," jelasnya.

Sementara dari tingkat okupansi dari penyewa ruang mal yang berada pada tahun 2020-2021 hanya 70% dipatok menjadi 80% atau naik 10% pada tahun ini. Artinya hanya 20% ruang sewa yang kosong dari tahun lalu yang mencapai 30%.

"Kondisi sektor usaha tahun 2022 diperkirakan akan jauh lebih baik dari 2020 dan 2021," jelasnya.

Adapun Investasi paling banyak berasal dari kategori usaha makanan dan minuman yang mendominasi. Tidak hanya berasal dari luar negeri namun juga dari dalam negeri. Begitu juga dari dalam negeri banyak grup usaha besar yang bakal menambah jumlah tokonya di Indonesia.

"Dikembangkan oleh beberapa grup usaha seperti Hiro Group, Arka Group, Boga Group, dan lainnya," jelasnya.

Hiro Group terkenal dengan restoran Sushi Hiro, lalu Arka Group dengan restoran Arka, juga Boga Group dengan nama restoran terkenal seperti Bakerzin, Paper Lunch, Kinta Buffet, Shaburi, dan lainnya.

Sebelumnya dalam riset Colliers Indonesia, tingkat okupansi ruang mal yang disewa peritel menurun drastis atau mencapai 9% pada 2021, jika dibandingkan sebelum pandemi pada 2019 lalu untuk wilayah pusat bisnis (CBD) DKI Jakarta. Sementara jika dibandingkan pada 2020 lalu, keterisian mal turun 5% pada 2021. Sehingga okupansi saat ini bertengger pada tingkat 70%.

Lalu pada wilayah pinggiran Jakarta, tercatat okupansi keterisian tenant pada 2021 turun 5% dari tahun sebelumnya, lalu turun 9% dibanding masa sebelum pandemi. Atau berada pada tingkatan 70%.

Jika dibandingkan tahun 2016 tingkat keterisian mal berada pada level di atas 85% mendekati penuh secara rata-rata, meski terus menurun dari tahun ke tahun, pada 2020 di bawah 80% dan 2021 mencapai 70%.

"Jumlah toko yang dibuka relatif rendah di mal yang baru beroperasi, sekali lagi karena dampak dari pandemi juga menurunkan rata-rata tingkat hunian baik di Jakarta maupun di sekitarnya," tulis riset itu, dalam keterangan, Senin (10/1/2022).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada Lagi Mal Baru di Jakarta, Kota Ini Malah Tambah Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular