
Sibuk! Covid Bikin Jalur Sutra China-Eropa Bangkit dari Kubur

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengiriman barang dari China ke Paris, Prancis kini lebih memilih menggunakan kereta 'jalur sutra' ketimbang pengiriman lewat udara atau laut. Tren ini mulai meningkat sejak terjadinya pandemi karena opsi ini menurunkan ongkos kirim ketimbang dengan dua pilihan lainnya.
Melansir CNN, perjalanan dari Xi'an ke Paris ini memang panjang, melewati Cina, Kazakhstan, Rusia, Belarusia, Polandia, Jerman dan Prancis dalam waktu 20 hari lebih. Sedangkan perjalanan lewat laut bisa memakan waktu hingga 70 hari lamanya karena gangguan yang disebabkan oleh pandemi.
"Lima tahun lalu, ada delapan kereta per hari antara China dan Eropa, sekarang ada 18-20 kereta per hari," kata Xavier Wanderpepen, direktur kereta barang China-Eropa di perusahaan kereta api nasional Prancis SNCF, dikutip Minggu (9/1/2022).
Biasanya barang yang dikirim melalui kereta ini bersifat barang yang mudah rusak atau sensitif terhadap waktu.
Pengiriman jalur kereta ini makin populer sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Menurut media pemerintah China, rekor 15.000 perjalanan kereta barang dilakukan antara China dan Eropa pada tahun 2021, naik 82% dari total pra-pandemi pada tahun 2019 dengan 1,46 juta kontainer.
Selain itu, jumlah kereta yang berangkat antara kedua negara ini telah meningkat hingga dua kali lipat antara 2019 dan 2021.
Tingginya angka pengiriman ini menyebabkan terlambatnya pengiriman hingga dua minggu karena adanya pemeriksaan pabean yang lama di perbatasan Polandia, dan kekurangan masinis di Jerman yang disebabkan oleh pandemi.
Peningkatan tajam dalam lalu lintas kereta api telah menyebabkan kepadatan di rel dan menempatkan infrastruktur di bawah tekanan, yang berarti bahwa kereta api antara Eropa dan Cina hanya menawarkan alternatif terbatas untuk kapal.
Kontainer yang bergerak antara Eropa dan Cina harus dialihkan ke gerbong baru dua kali. Pertama di perbatasan Cina-Kazakhstan dan kedua di perbatasan Polandia-Belarus, karena negara-negara bekas Soviet menggunakan pengukur rel yang berbeda dari Cina dan Eropa.
"Kita bisa mengatakan bahwa hari ini ada terlalu banyak kereta api," kata Wanderpepen.
Jalur kereta ini merupakan bagian dari program One Belt One Road (OBOR) yang digagas oleh pemerintah China.
Jalur ini dipilih oleh pengusaha karena biaya yang lebih rendah ketimbang kargo laut atau udara. Ini berkat subsidi yang diberikan oleh pemerintah China.
Sebelumnya biaya yang dikenakan untuk pengiriman ini US$ 8.000. Namun biaya ini telah berhasil diturunkan US$ 2.000 berkat subsidi tersebut.
Memasuki pandemi tahun ketiga dan kasus meningkat dengan cepat karena varian Omicron, para ahli mengatakan bahwa tekanan rantai pasokan akan berlanjut untuk beberapa waktu.
Sektor transportasi masih perlu membangun kembali jaringannya, termasuk mempekerjakan kembali pekerja pelabuhan dan pengemudi truk, banyak di antaranya beralih pekerjaan selama penguncian.
(mon/mon)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Mulai Kedatangan Pesaing Baru Proyek 'Jalur Sutra'