Jokowi Minta LNG Diutamakan buat Domestik, Cek Faktanya!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Rabu, 05/01/2022 11:55 WIB
Foto: Infografis/Ekspor Gas Indonesia/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut turun tangan untuk mengatasi masalah pasokan energi di dalam negeri. Tidak hanya batu bara, Presiden juga meminta agar gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang diproduksi di Tanah Air juga diutamakan untuk kepentingan dalam negeri terlebih dahulu, sebelum diekspor.

Hal ini disampaikannya melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin malam (03/01/2022).

"Terkait pasokan LNG. Saya juga minta kepada produsen LNG, baik Pertamina maupun swasta untuk mengutamakan kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu," tuturnya.


Dirinya pun memerintahkan kepada kementerian terkait yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mencarikan solusi permanen untuk menyelesaikan masalah ini.

"Selain itu, saya perintahkan Kementerian ESDM, BUMN untuk cari solusi permanen dalam menyelesaikan masalah ini," tegasnya.

Lantas, seperti apa kondisi ekspor dan pasokan domestik LNG nasional saat ini?

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi LNG dari dua kilang LNG nasional, yakni Kilang LNG Bontang dan Kilang LNG Tangguh pada 2022 ini diperkirakan turun menjadi 201,6 standar kargo dari realisasi produksi pada 2021 sebesar 204,6 standar kargo.

Adapun target ekspor LNG pada 2022 ini juga turun menjadi 146 kargo dari realisasi di 2021 sebesar 148,6 kargo. Sementara alokasi untuk domestik diperkirakan turun tipis menjadi 55,6 kargo dari 2021 sebesar 56 kargo.

Kilang LNG Bontang di Kalimantan Timur dioperasikan oleh Badak NGL, afiliasi dengan PT Pertamina (Persero), sementara Kilang LNG Tangguh di Papua dioperasikan oleh BP Berau Ltd, perusahaan migas asal Inggris.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan, penurunan produksi LNG pada 2022 ini disebabkan perkiraan penurunan produksi gas dari sumber gas atau hulu, yakni di Blok Mahakam yang dioperasikan PT Pertamina Hulu Mahakam dan juga penurunan produksi gas dari lapangan gas yang dikelola perusahaan asal Italia, ENI.

Jadi, penjualan LNG pada 2022 ini, baik ekspor dan domestik, pada dasarnya akan turun karena produksi gasnya pun diperkirakan akan turun.

"Produksi LNG di 2022 turun karena turunnya produksi gas dari ENI dan Blok Mahakam," tuturnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (05/01/2021).

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga mengungkapkan bahwa selain krisis batu bara, PT PLN (Persero) juga mengalami krisis pasokan LNG.

"Jadi memang kita terinformasikan adanya krisis suplai energi primer antara lain LNG dan batu bara," ungkap Arifin saat ditemui usai Sidak di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (04/01/2022).

Dia mengakui bahwa krisis batu bara PLN ini sudah dialami sejak Agustus 2021 lalu. Saat itu pihaknya sudah mengambil sejumlah langkah pengamanan, namun ternyata pada akhir tahun 2021 situasinya bukan membaik, malah terulang kembali.

Oleh karena itu, pihaknya dan Kementerian BUMN mengambil langkah pengamanan sumber energi untuk pembangkit listrik di Tanah Air.

Dari sisi Kementerian ESDM, menurutnya pihaknya sudah mengamankan pasokan LNG yang tadinya ditujukan untuk ekspor dialihkan untuk dalam negeri.

"Dari sektor ESDM sendiri suplai LNG kita amankan pasokan di dalam (negeri), yang tadinya akan diekspor ke luar, kita amankan dulu untuk ke dalam, jadi dipastikan aman," tuturnya.

Imbasnya, lanjutnya, akan ada pertukaran (swap) kargo LNG antara PT Pertamina (Persero) dan pembeli LNG di luar negeri.

"Kargo yang udah kita alokasikan di dalam negeri ini untuk segera diputuskan oleh manajemen PLN, mengenai nanti administrasi akan diselesaikan antara kedua BUMN ini," ujarnya.

"Dan ini kita lihat di dalam bulan Januari. Kalau keputusan dalam bulan Januari diambil, insya Allah masalah pasokan LNG bisa kita amankan," imbuhnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Sindir Negara Eropa Beli Batu Bara ke Indonesia