2021 In Review

'Resesi Seks' Bikin Pening! Guncang AS hingga China

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 December 2021 06:10
Tourists enjoy the beach at the Spanish Balearic Island of Mallorca, Spain, Monday, June 7, 2021. Spain is jumpstarting its summer tourism season by welcoming vaccinated visitors from most countries as well as European visitors who can prove they are not infected with coronavirus. It also reopened its ports to cruise ship stops on Monday. (AP Photo/Francisco Ubilla)
Foto: Wisatawan berjemur di pantai di Pulau Balearic Spanyol Mallorca, Spanyol. (AP/Francisco Ubilla)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena 'resesi seks' terjadi di sejumlah negara, mulai dari wilayah Barat hingga Asia, di 2021 ini. Istilah ini merujuk pada menurunnya mood pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak, mengutip CNBC International.

Di Amerika Serikat (AS), data terbaru melaporkan jumlah anak muda Negeri Paman Sam yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat akhir November ini. Dari 8% menjadi 21%. 

Para ilmuwan menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini seperti faktor ekonomi dan psikologis. Selain itu, ada juga faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi perilaku ini yakni kekhawatiran moral, utamanya dalam melakukan seks pra-nikah.

Rival AS, China, juga melaporkan hal yang sama. Dari data yang dirilis November 2021, di tahun 2020, Negeri Tirai Bambu itu bahkan mencatatkan angka kelahiran terendah dengan rata-rata kelahiran adalah 0,852%. Ini turun di bawah 1% untuk pertama kalinya sejak 1978 atau terendah dalam 43 tahun.

Keengganan muda-mudi China untuk menikah dan memiliki keluarga menjadi motor penurunan. Di China angka kelahiran sangat erat kaitannya dengan pernikahan, jarang sekali anak di luar pernikahan tercatat.

Tak hanya di dua negara adidaya itu, sejumlah negara Asia juga melaporkan kondisi serupa. India melaporkan Total Fertility Rate (TFR) negara itu yang dalam kondisi menurun dari 2,2 menjadi 2. Peneliti Negeri Hindustan mengatakan hal ini paling signifikan didorong oleh program keluarga berencana yang masif dilakukan di sana.

Setelah India, ada juga Malaysia yang melaporkan menurunnya TFR menjadi 1,7 bayi tahun 2020 dari yang sebelumnya 1,8 bayi pada 2019. Kepala statistik Datuk Seri Dr Mohd Uzir Mahidin mengatakan bahwa penurunan ini disumbangkan oleh peningkatan tingkat pendidikan dan bertambahnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.


(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta-fakta 'Resesi Seks' Serang AS, Bisa Mengancam Ekonomi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular