China Nyalakan PLTU Raksasa, Berkah buat RI?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
29 December 2021 17:35
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - China baru saja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara 'raksasa' unit pertama berkapasitas 1.000 Mega Watt (MW).

Mengutip Reuters, Rabu (29/12/2021), operator pembangkit, Guodian Power Shanghaimiao Corporation, anak perusahaan dari China Energy Investment Corporation yang dikelola pemerintah pusat, mengatakan pada hari Selasa bahwa teknologi pembangkit ini adalah yang paling efisien di dunia, dengan tingkat konsumsi batu bara dan air terendah.

Terletak di Ordos di wilayah barat laut Mongolia Dalam yang kaya akan batu bara, pembangkit ini nantinya akan memiliki empat unit pembangkit, dan dirancang untuk menyalurkan listrik ke pesisir timur Provinsi Shandong melalui jaringan tegangan ultra-tinggi jarak jauh.

Tak hanya itu, bahkan sebuah laporan yang diterbitkan bulan ini oleh para peneliti BUMN China di bidang jaringan listrik menyebut bahwa karena adanya kekhawatiran keamanan energi, kemungkinan besar akan memicu pembangunan PLTU batu bara dengan kapasitas sebesar 150 GW selama 2021-2025, sehingga total kapasitas PLTU batu bara di negara pimpinan Xi Jinping ini bisa mencapai 1.230 GW pada 2025.

Meningkatnya kapasitas terpasang PLTU di China tentunya bisa membawa berkah bagi Indonesia. Pasalnya, mayoritas atau sekitar 32% pasar ekspor batu bara Indonesia yaitu China.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) juga sempat menuturkan bahwa pasar ekspor batu bara Indonesia pada tahun depan juga masih akan menjanjikan, terutama karena 98% pasar ekspor batu bara Indonesia yaitu negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Pihaknya pun memperkirakan ekspor batu bara RI pada 2022 akan naik sekitar 15-20 juta ton. Hal ini seiring dengan proyeksi peningkatan produksi batu bara nasional menjadi sekitar 637-664 juta ton, dari target 2021 sebesar 625 juta ton.

Hal senada diungkapkan Dileep Srivastava, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Meski di tengah gempuran dunia untuk mengurangi batu bara, namun menurutnya pasar batu bara terutama di China dan India masih menjadi pendorong permintaan batu bara pada 2022.

Sementara sejumlah negara yang mendorong pengurangan batu bara cenderung merupakan negara maju yang bukan merupakan pasar batu bara BUMI ataupun batu bara Indonesia.

"China memiliki isu keselamatan (safety), dan juga mengutamakan kepentingan nasional. India juga memiliki isu transportasi dan cuaca, sehingga keduanya mencoba menaikkan produksi domestik, tapi tetap membutuhkan impor batu bara ke depannya," jelasnya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Perlu diketahui, ekspor batu bara RI ke China pada 2020 mencapai 127,8 juta ton, atau sekitar 32% dari total ekspor batu bara nasional sebesar 405,05 juta ton. Karena pandemi Covid-19, jumlah ekspor ke China pada 2020 ini mengalami penurunan dari 2019 yang tercatat sebesar 144,4 juta ton atau sekitar 32% dari total ekspor 454,5 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Batu Bara RI Ragu China Kurangi Batu Bara, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular