
Heboh Anti China, Pro Xi Jinping di Negara Ini Ditolak Warga

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan presiden Filipina dalam beberapa bulan lagi akan diselenggarakan. Meski begitu, nuansa dan dinamika pemilihan yang rencananya akan dilangsungkan tanggal 9 Mei 2022 itu sudah mulai muncul di permukaan.
Salah satu topik yang dipandang masyarakat Filipina dalam pemilihan kali ini adalah China. Negeri Xi Jinping memiliki rangkaian ketegangan dengan Manila, terutama perihal klaim di Laut China Selatan (LCS).
Meski berkonflik, Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilaporkan mencari hubungan yang lebih dekat dengan Beijing. Ia sempat menyatakan bersedia mengesampingkan kontes teritorial negaranya dengan China di wilayah perairan penuh sengketa itu dengan tujuan mempercepat aliran dana China untuk proyek infrastruktur di Filipina.
Analis politik Amador Research Services, Peaches Lauren Vergara, berpandangan bahwa masyarakat Filipina sebenarnya cenderung kurang simpatik dengan China dalam perihal persoalan ini. Ia menyebut calon yang maju dalam pemilihan mendatang harus dapat menunjukkan bahwa sikap pertentangannya terhadap klaim Beijing.
"Presiden Filipina berikutnya harus menjauhi sikap kalah yang ditunjukkan oleh kepemimpinan saat ini dan lebih tegas menantang klaim China," tulis Vergara dalam laporan bulan Desember yang diterbitkan oleh Asia Society Policy Institute dikutip CNBC International Senin, (27/12/2021).
"Banyak orang di Filipina semakin skeptis terhadap pemulihan hubungan dengan China jika itu berarti menyerahkan klaim atas berbagai fitur maritim yang disengketakan."
Vergara juga memberikan contoh nyata terhadap hal ini. Ia menyebut bahwa selama Manila dan Beijing beradu klaim di LCS, ada beberapa proyek eksplorasi migas Filipina yang diharuskan untuk tidak beroperasi.
"Ini memiliki dampak serius bagi kemampuan negara untuk mencapai ketahanan energi karena sumber utama gas alam untuk pasokan listrik Malampaya hampir habis," kata Vergara.
Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda, lembaga pemikir International Crisis Group mengatakan bahwa Presiden Filipina berikutnya harus memiliki arah diplomasi yang melibatkan tetangganya terkait konfrontasi teritorialnya dengan China. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan agresi militer yang sangat besar.
"Tidak satu pun dari langkah-langkah ini akan menyelesaikan sengketa maritim yang semakin mengakar, tetapi mereka dapat membantu menjaga risiko rendah bahwa insiden di laut akan meningkat menjadi konflik," tulis lembaga itu.
Sejauh ini ada beberapa calon yang mengikuti kontestasi Presiden Filipina. Salah satunya adalah Ferdinand Marcos. Putra diktator Ferdinand Marcos itu memimpin ajak pendapat terbaru tentang pemilihan presiden dimana ia disebut-sebut memiliki popularitas sebesar 53%.
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Dekati Ferdinand Marcos Jr, Ada Apa?
