CT Cerita Bencana Besar RI yang Buat Teteskan Air Mata
Jakarta, CNBC Indonesia - Tujuh belas tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi sebesar 9,8 skala richter yang mengguncang provinsi Aceh. Bencana alam terdahsyat ini memunculkan tsunami besar yang menelan korban lebih dari 120 ribu jiwa.
Pendiri CT Corp Chairul Tanjung mengatakan dirinya mengingat betul saat terjadinya bencana alam tersebut. Hal ini diutarakannya dalam acara Global Aceh Solidarity Forum oleh Diaspora Global Aceh (DGA), Minggu (26/12/2021).
"Saat itu hari Minggu, saya sedang menghabiskan waktu bersama dengan keluarga. Pada saat itu saya mendapat kabar gempa dari berita di televisi hingga malam hari. Belum tergambar jelas dampak guncangan gempa itu karena informasi masih sangat minim," kata mantan Menko Perekonomian ini.
Keesokan harinya, yakni Senin pagi, dirinya baru mengetahui kerusakan yang diakibatkan gempa sangat dahsyat, hingga mengakibatkan tsunami besar yang meluluhlantakkan daratan Aceh, kawasan provinsi Sumatera Utara dan beberapa negara tetangga Thailand, Sri Lanka serta negara Asia Selatan lainnya.
"Tanpa membuka luka lama dari bencana tersebut, kita ingat dunia ikut menangis. Saya dan keluarga juga ikut meneteskan air mata meskipun hanya menyaksikan itu semua dari layar televisi," ujar CT.
Setelahnya, kata CT, dirinya bergegas melakukan koordinasi dengan semua pihak untuk membantu korban tsunami di Aceh dan Sumatera Utara. Tidak hanya mengambil dana pribadi dari seluruh perusahaan miliknya, ia juga memerintahkan Trans TV untuk segera membuka dompet amal, menggalang dana dari pemirsa.
"Bantuan langsung untuk korban bencana tsunami di Aceh juga saya sendiri yang mengkoordinasikannya," tambahnya.
Dengan bermodalkan satu buah pesawat pinjaman dari maskapai Susi Air milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, CT bergegas memberikan bantuan langsung kepada korban.
"Hari kedua saya langsung ke Medan. Sedikit bercerita mengenai sulitnya mengakses jalur pendaratan yang rusak untuk mendaratkan pesawat di kota Meulaboh. Pesawat cessna berkapasitas 12 orang penumpang menjadi pesawat pertama yang mendarat di Meulaboh pasca tsunami," katanya.
Ia mengaku butuh persiapan serangkaian simulasi pesawat untuk berhasil mendarat di jalanan yang rusak. Diketahui pesawat harus melakukan orientasi fisik dengan mengelilingi landasan beberapa kali untuk melihat celah pendaratan.
"Selama dua minggu, saya bolak-balik Aceh-Medan dengan pesawat untuk memimpin langsung menyalurkan bantuan di Aceh. Saya sempat menginap di pendopo yang saat itu dijadikan sebagai posko koordinasi bantuan," pungkasnya.
(tfa/tfa)