Goodnews! Hasil Studi Terbaru Sebut Omicron Tak Seganas Delta
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus infeksi Covid-19 di beberapa negara meningkat tajam. Hal ini terjadi setelah munculnya varian baru virus corona Omicron. Namun beberapa hasil penelitian menyimpulkan hal lain. Omicron rupanya tidak seganas varian lain yang sudah ada.
Melansir The Straits Times, penelitian oleh pemerintah Inggris menunjukkan gejala Omicron tidak separah varian lain, meski lebih menular daripada jenis Covid-19 lainnya hingga saat ini.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan orang yang terinfeksi Omicron memiliki kemungkinan 50%-70% lebih kecil, dibandingkan mereka yang terinfeksi Delta, untuk dirawat di rumah sakit, Kamis (23/12/2021).
Pasien yang terinfeksi Omicron juga 31%-45% lebih kecil kemungkinannya untuk tiba di unit gawat darurat dibandingkan mereka yang terinfeksi Delta.
Tetapi data Badan Keamanan Kesehatan Inggris muncul dengan peringatan penting. Mereka mengatakan vaksin booster meningkatkan perlindungan terhadap Omicron, efektivitasnya mulai berkurang lebih cepat dibandingkan dengan Delta. Ini juga 15% hingga 25% lebih rendah mulai 10 minggu setelah dosis ketiga.
Badan tersebut juga memperingatkan bahwa varian baru sangat menular, sehingga masih dapat menghasilkan sejumlah besar kasus parah.
Temuan ini didasarkan pada penelitian yang dirilis sehari sebelumnya dengan penilaian serupa tentang risiko rawat inap Omicron yang lebih rendah.
Para peneliti di Skotlandia menemukan Omicron dikaitkan dengan risiko rawat inap dua pertiga lebih rendah dibandingkan dengan varian sebelumnya. Sementara sebuah penelitian di Afrika Selatan mematok pengurangan risiko rawat inap sebesar 80%.
Studi lain, dari tim Imperial College London yang bekerja dengan kumpulan data yang lebih besar, menemukan bahwa orang yang terinfeksi Omicron hampir setengahnya membutuhkan rawat inap semalam di rumah sakit.
Sementara dalam sebuah studi terpisah yang melibatkan booster yang dibuat oleh Sinovac Biotech China, produsen salah satu vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan di dunia, tidak berhasil. Booster itu tidak menghasilkan tingkat antibodi penetralisir yang cukup untuk melindungi terhadap Omicron.
Dalam hasil tes laboratorium yang diterbitkan pada Kamis, penelitian menunjukkan bahwa orang yang telah menerima suntikan Sinovac, yang dikenal sebagai CoronaVac, harus mencari vaksin yang berbeda untuk booster mereka.
(tfa/tfa)