Dikeluhkan Bikin Kantong Jebol, Ini Biaya Karantina Hotel RI

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Kamis, 23/12/2021 09:35 WIB
Foto: Infografis/Jangan Kaget! Ini Biaya Terbaru Karantina Hotel Berbintang RI/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pihak menyoroti mahalnya harga hotel untuk karantina bagi pelaku perjalanan yang berasal dari luar negeri. Tidak sedikit yang menganggapnya aji mumpung pengusaha hotel dalam melihat keadaan.

Namun, Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menolaknya dan menganggap pihak perhotelan bukan kelimpahan berkah atas kondisi ini.

"Karantina ini berbeda dengan pertumbuhan. Memang kuartal 4 ada pertumbuhan okupansi dan secara YoY terjadi di tiap kuartal 4 karena segmen MICE oleh pemerintah umumnya dan vacation masa nataru," kata Maulana dalam Profit CNBC Indonesia, dikutip Kamis (23/12/2021)


Di tahun 2020 tidak kelihatan signifikan karena MICE hilang dan berpindah ke zoom. Tahun ini sudah mulai bergeliat karena rapat atau kegiatan pemerintah sudah mulai bergeser ke hotel. Selain itu, ada juga limpahan dari masyarakat yang berlibur. Namun, sumbangan terbesar bukan pada karantina di hotel.

"Nggak ada hubungannya okupansi dengan karantina, nggak selalu menguntungkan. Karena di karantina hotel hanya menjual paket. Bisnis hotel itu dinamic rate bukan tetap," jelas Maulana.

Apalagi, sorotan juga mengarah pada munculnya calo yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dari video yang beredar, seorang penumpang mengaku mendapat penawaran dari calo untuk karantina di hotel dengan biaya fantastis. Tentunya, keberadaan calo ini jadi meresahkan.

"Kalau bicara calo atau perantara, dengan dinamika yang beredar itu bagian pengawasan pemerintah khususnya petugas bandara," katanya.

Keberadaan petugas tersebut seharusnya bisa mengantisipasi calo-calo yang bertebaran di ruang publik seperti bandara. Jangan sampai keberadaannya justru merugikan masyarakat. Maulana mengatakan bahwa calo tersebut bukan dari pihaknya.

"Kami di hotel tidak diberi kewenangan beredar di bandara misalnya untuk mencari tamu, karena hotel yang karantina harus disetujui Kodam, disepakati hotel untuk karantina. Jadi tidak bisa ujug-ujug hotel di luar list karantina masuk otomatis jadi tempat karantina," sebutnya.

Bahkan demi menghindari munculnya calo di lapangan, PHRI juga membentuk portal online yang dinamakan D-Hots. Masyarakat yang baru pulang dari luar negeri bisa mengakses ketersediaan hotel melalui situs ini.

"Mesti diingat D-Hots bukan seperti online travel agent seperti Traveloka dan lain-lain. Ia sebagai jembatan, nggak ada bisnisnya tapi langsung dengan terhubung hotel," ujar Maulana.

Maulana Yusran juga menolak anggapan soal hotel untung besar dari bisnis karantina, karena komponen yang menjadi tanggungan hotel juga besar.

"Dengan melihat komponen biaya yang ditanggung, harga kamar jauh lebih murah dari seharusnya. Hotel bintang 2 per hari cuma Rp 300 ribu, bintang 5 sehari Rp 1 juta. Harus dipahami bahwa paket karantina yang membuat keliatan mahal karena jumlah harinya 10 hari," katanya.

Selain itu, ada lagi tambahan biaya komponen yang harusnya dibayarkan tamu, termasuk jatah makan 3x sehari, kemudian laundry 5 pcs per hari, hingga biaya keamanan tenaga kesehatan.

"Ada biaya keamanan khusus dari Kemenkes, PCR 2x itu bagian komponen yang harus dipahami, nggak terpisahkan dari karantina tersebut," ujarnya.

Berbagai komponen itu masuk ke dalam biaya yang dibayarkan dalam 1 paket. Misalnya Hotel Mulia Senayan yang menawarkan berbagai paket karantina. Termurah dipatok seharga Rp 19.750.000 untuk satu orang dan Rp 27.300.000 untuk dua orang. Sedangkan yang paling mahal Rp 54.700.000 untuk satu orang dan Rp 63.150.000 untuk dua orang.


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pak Prabowo, Efisiensi Bikin Hotel Merana & PHK di Depan Mata