Wajib Karantina 10 Hari

Lagi Marak Fenomena Orang Cancel ke Luar Negeri, Ini Sebabnya

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Selasa, 21/12/2021 16:15 WIB
Foto: Penumpang WNA tengah berjalan saat tiba di ruang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Senin (29/11/2021). Pemerintah memutuskan untuk menambah waktu karantina bagi WNA dan WNI yang masuk ke Indonesia untuk mencegah penyebaran Covid-19 varian baru, Omicron. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada akhir tahun ini permintaan hotel di dalam negeri diprediksi bakal meningkat dari tahun lalu. Hal ini sejalan dengan keputusan pembatalan PPKM level 3 yang sempat direncanakan pemerintah. Faktor lainnya adalah ketentuan soal wajib karantina bagi yang baru masuk Indonesia.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, mengatakan kebijakan pemerintah melakukan karantina 10 hari untuk kedatangan dari luar negeri membuat banyak calon pelancong membatalkan perjalanan ke luar negeri. Sehingga permintaan hotel bakal melonjak lebih baik dari tahun lalu.

"Banyak yang cancel ke luar negeri, Secara year on year dari 2019 kalo nggak salah pelaku perjalanan ke luar negeri itu sampai 2 jutaan orang itu jadi harapan potensi pariwisata di Indonesia," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/12/2021).


"Ada pertumbuhan di daerah liburan, ekspektasi di Jawa kalau dilihat Desember tahun 2020 lalu okupansi hotel itu 40%, sekarang tercatat sudah 55% jadi ada kenaikan sekitar 10%-15%," tambahnya.

Selain itu Maulana melihat dari aturan pengetatan dan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk menyelenggarakan Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE) juga lebih baik dari tahun lalu.

Sehingga terjadi pertumbuhan bisnis perhotelan pada Q4 tahun ini dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. "Tidak ada pembatasan signifikan pada Q4 tahun ini, PPKM level 3 akhir tahun juga dibatalkan. Sehingga ada keleluasaan bagi masyarakat yang mau melakukan leasure," jelasnya.

Maulana juga mengingatkan saat tahun lalu pemerintah fokus dalam melakukan refokusing anggaran dan pertemuan dilakukan secara virtual. Dimana kondisi saat ini mulai berbeda sehingga keterisian hotel mulai menanjak.

"Kegiatan pemerintah sudah kembali offline sehingga terjadi pertumbuhan okupansi di restoran maupun hotel termasuk potensi Natal dan Tahun baru. Ada angin segar bagi industri pariwisata," jelasnya.

Untuk diketahui, ada potensi 11 juta orang melakukan perjalanan pada periode natal dan tahun baru, berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Kementerian Perhubungan.

Adapun potensi pergerakan masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi bisa mencapai 2,3 juta orang.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini